REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Bupati Karawang Cellica Nurachadiana, semakin khawatir terkait dengan kebocoran anjungan migas lepas pantai YY-1 area Pertamina Hulu Energi (PHE) ONWJ. Pasalnya, dampak dari kebocoran ini semakin meluas. Bahkan, limbah spill oil ini sudah sampai ke Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. "Hingga kini, kebocoran tersebut masih belum bisa diatasi. Makanya, kami semakin khawatir," ujarnya, Kamis (1/8).
Salah satu yang paling dikhawatirkan oleh bupati ini, yakni mati atau punahnya biota laut. Saat ini saja, laporan ikan dan udang yang mati yang ditemukan di atas perairan, sudah banyak. Jika biota laut ini mati dan punah, maka yang dirugikan adalan warga (nelayan).
Apalagi, hingga sekarang pihaknya belum mendapat kepastian dari Pertamina kapan kebocoran itu bisa diatasi. Jika tidak segera tertangani, pasti tumpahan minyak akan tambah banyak yang akhirnya membunuh biota laut tersebut.
Menurut Cellica, dalam waktu dekat, dia akan bertemu Gubernur Jabar dan Dirut Pertamina untuk membicarakan persoalan tersebut. Adapun, pokok bahasannya kemungkinan akan difokuskan pada dampak lingkungannya.
Langkah awal yang dilakukan Pemkab Karawang dalam insiden ini, yakni melindungi warga pesisir yang terkena dampak tumpahan minyak. Kemudian, mendata jumlah warga yang dirugikan langsung seperti nelayan dan petani tambak.
Saat ini sejumlah petani tambak mulai merugi karena tidak bisa berproduksi atau nelayan yang tidak bisa melaut. Karena itu, pihaknya melakukan pendataan itu dan meminta Pertamina memberikan kompensasi kepada warga tersebut.
Selain itu, Cellica mengaku, masalah lingkungan menjadi prioritas setelah penanganan warga. Sebab, laut Karawang adalah sumber penghasilan bagi masyarakat nelayan. "Kami ingin masalah lingkungan juga menjadi perhatian Pertamina," jelasnya.