REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Seluas 282 hektare sawah di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, terancam gagal panen akibat kemarau yang berlangsung sejak Juni 2019. "Kami yakin jika tiga pekan ke depan tidak turun hujan, dipastikan gagal panen," kata Kepala Seksi Perlindungan Tanaman Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak Itan Octarianto, Kamis (1/8).
Areal persawahan yang terancam gagal panen itu lokasinya tidak memiliki potensi sumber air untuk dilakukan pompanisasi. Saat ini, kondisi tanaman padi antara usia 30-40 hari setelah tanam, kekeringan akibat kemarau panjang.
Jumlah areal persawahan yang gagal panen mungkin bisa bertambah. Berdasarkan data di Posko Kekeringan Dinas Pertanian dan Perdagangan (Distanbun) Kabupaten Lebak, tercatat 2.247 hektare sawah mengalami kekeringan.
Dari jumlah tersebut, 1.538 hektare kategori ringan, seluas 434 hektare sedang dan seluas 282 hektare berat. Sedangkan, angka tanam hingga Juli 2019 seluas 35.838 hektare.
"Kami memastikan produksi pangan menurun karena ada areal persawahan yang gagal panen akibat kekeringan," katanya.
Itan mengatakan terus melakukan pemantauan dengan melibatkan TNI dan BPBD setempat untuk melakukan intervensi dengan mengoptimalkan penyaluran bantuan pompanisasi kepada kelompok tani. Tujuannya menyelamatkan tanaman padi agar tidak gagal panen.
Keterlibatan TNI dan BPBD untuk mengatasi kekeringan areal persawahan yang memiliki sumber air dengan pompanisasi itu. "Kami bersama TNI dan BPBD siaga di Posko Kekeringan terus melakukan pemantauan kekeringan," ujarnya.
Ketua Kelompok Tani Desa Suka Mekarsari Kecamatan Kalanganyar Kabupaten Lebak Toto mengapresiasi pemerintah daerah yang menyalurkan bantuan pompanisasi sehingga bisa menyedot air dari Sungai Cisimeut. Tanaman padi seluas 20 hektare di sini dipastikan gagal panen jika tidak cepat disalurkan bantuan pompanisasi itu.
"Kami dan petani di Desa Suka Mekarsari merasa senang pasokan air untuk tanaman padi terpenuhi," katanya.