Kamis 01 Aug 2019 06:46 WIB

Dua Tahun Rusak, SDN Puspamulya tak Juga Diperbaiki

SDN Puspamulya baru sekali diperbaiki sejak pertama kali dibangun pada 1981.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Friska Yolanda
Kondisi SDN Puspamulya, Desa Pusparaja, Kecamatan Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya, Rabu (31/7). Dua ruangan kelas yang rusak berat terdampak gempa bumi 2017 tak juga diperbaiki.
Foto: Republika/Bayu Adji P
Kondisi SDN Puspamulya, Desa Pusparaja, Kecamatan Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya, Rabu (31/7). Dua ruangan kelas yang rusak berat terdampak gempa bumi 2017 tak juga diperbaiki.

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Sebanyak dua ruang kelas di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Puspamulya, Kampung Balawiri, Desa Pusparaja, Kecamatan Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya, tak lagi digunakan untuk kegiatan belajar mengajar (KBM). Atap dan pintu di ruangan yang seharusnya ditempati kelas II dan kelas III itu tak lagi terlihat. Di dalamnya, debu bekas bangunan roboh masih tersisa.

Bangunan itu rusak akibat gempa yang melanda wilayah Priangan Timur pada Desember 2017. Ruang kelas yang tak lagi bisa digunakan itu hanya dimanfaatkan beberapa siswa bermain di dalamnya ketika jam istirahat.

Baca Juga

Meski begitu, hingga saat ini ruang kelas yang rusak itu tak juga direnovasi. Akibatnya, sisa ruangan yang ada harus dapat dimanfaatkan sekenanya.

Di satu ruang, siswa kelas I dan kelas II harus bergantian mengisi kelas untuk belajar pada pagi dan siang hari. Siswa kelas IV lebih beruntung karena bisa menempati satu ruangan sendiri. Sementara siswa kelas III harus ditempatkan di kantor guru, yang sebagian digunakan untuk KBM. Sedangkan siswa kelas V dan kelas VI harus berbagi satu ruangan dengan sekat lemari buku di tengah-tengahnya.

photo
Kondisi SDN Puspamulya, Desa Pusparaja, Kecamatan Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya, Rabu (31/7). Dua ruangan kelas yang rusak berat terdampak gempa bumi 2017 tak juga diperbaiki.

Basit, salah satu siswa kelas II SDN Puspamulya, mengaku tetap semangat belajar meski selama ini harus berbagi waktu untuk menempati satu ruangan dengan siswa kelas I. Namun, ia tetap memimpikan memiliki kelas sendiri. Pasalnya, belajar pada siang hari membuat dirinya kadang tak fokus mencerna pelajaran.

"Mau punya kelas sendiri. Enggak enak kalau digabung sama kelas I, jadi nggak fokus," kata dia 

Sementara Fahmi, siswa kelas II lainnya mengaku lebih enak masuk sekolah pada pagi hari seperti dirinya masih kelas I dulu. Namun sejak naik kelas II, ia harus masuk sekolah pada pukul 10.00 WIB setelah kelas I pulang.

"Mau kelas sendiri biar tambah semangat. Tapi sekarang juga tetep semangat meski rusak juga. Mau pinter," kata dia.

Rafa Rizki Ramadhan, salah satu siswa kelas III, mengatakan belajar di kantor guru sangatlah tidak nyaman. Selain ruangan yang sempit, ia juga mengaku tak bisa fokus belajar karena ada banyak guru.

"Mau sekolahnya bagus lagi," kata dia.

Wali kelas I dan kelas II, Nani Juarni mengatakan, kondisi rusaknya sekolah sudah terjadi sejak dua tahun terakhir. Semenjak gempa mengakibatkan atap kelas roboh, para siswa mau tak mau harus belajar di tempat seadanya. 

photo
Kondisi SDN Puspamulya, Desa Pusparaja, Kecamatan Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya, Rabu (31/7). Dua ruangan kelas yang rusak berat terdampak gempa bumi 2017 tak juga diperbaiki.

Bahkan, lanjut dia, pada tahun ajaran sebelumnya para siswa harus ada yang belajar di panggung halaman sekolah lantaran ruangan rusak tak juga direnovasi. Tapi, lantaran sudah banyak guru yang pensiun, kantor guru akhirnya disekat dan dijadikan kelas.

"Baru ajaran sekarang ada yang belajar di kantor guru," kata dia.

Nani mengatakan, mengajar siswa dengan kondisi seperti ini tentu tak efektif. Namun hal itu mau tak mau harus dilakukan, karena kondisinya seperti ini.

Bukan hanya dua ruang kelas yang kondisinya rusak berat, ruang kelas lainnya pun juga sudah rusak.

Berdasarkan pantauan Republika.co.id, hampir setiap ruang kelas yang ada  kondisi plafonnya sudah berlubang. Alhasil, ketika hujan turun para siswa hampir pasti terkena tampias air.

"Harapannya secepatnya dibangun lagi. Anak-anak juga kasihan. Kalau sekolah bagus kan kemungkinan anak juga belajar enak," kata dia.

Kepala Sekolah SDN Puspamulya Maman Firmana mengatakan, pihaknya telah berulang kali mengusulkan ke Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya untuk renovasi. Namun, hingga saat ini belum ada realisasi perbaikan dari pemerintah.

 

"Jawabannya nunggu-nunggu saja. Katanya sudah diajukan, tinggal sabar. Alhamdulillah belum ada realisasi," kata dia.

Ia menjelaskan, baru sekali SDN Puspmulya direhabilitasi sejak dibangun pada 1981. Rehabilitasi itu pun dilakukan oleh lembaga filantropi Dompet Dhuafa pada 2010, lantaran sekolah itu rusak total terdampak gempa bumi pada 2009. Namun, setelah gempa yang terjadi pada Desember 2017 hingga saat ini belum ada lagi perbaikan.

Ia menegaskan, kondisi ini membuat para siswa tak bisa fokus belajar karena tidak belajar di tempat yang layak. Ia berharap, bantuan perbaikan segera direalisasikan agar KBM bisa berjalan normal.

Apalagi, menurut dia, SDN Puspamulya merupakan satu-satunya sekolah yang dekat di Desa Pusparaja. "Sekolah lain dari sini paling dekat dua kilometer," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement