REPUBLIKA.CO.ID, TULUNGAGUNG -- Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur bersama Komisi Perlindungan AIDS (KPS) akan melibatkan kalangan guru/pendidik guna melakukan deteksi dini dan pengembangan pendidikan tentang kesehatan reproduksi. Rencana itu digulirkan guna mengantisipasi aktivitas menyimpang yang dilakukan pelajar, termasuk melakukan hubungan terlarang menyangkut lelaki penyuka sesama lelaki di daerah tersebut.
"Kami terus koordinasikan skema penanggulangan ini dengan Dinas Pendidikan," kata Kasi Penanggulangan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung, Didik Eka di Tulungagung, Rabu.
Dalam rapat koordinasi dengan Dinas Pendidikan yang telah dilakukan sebelumnya, menurut Didik, pihaknya bersama KPS mengusulkan agar guru BK dibekali pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Mereka juga didorong memiliki pengetahuan yang lebih utuh dan komprehensif tentang orientasi seksual, pengetahuan infeksi menular seksual (IMS), serta seputar penularan HIV/AIDS.
"Dengan bekal pengetahuan tersebut diharapkan guru BK bisa melakukan deteksi dini dan edukasi jika ada siswanya yang memiliki orientasi seksual menyukai sesama jenis," kata Didik.
Menurut Didik, apabila diperlukan, Dinkes dan KPS akan memberikan bantuan psikolog dan psikiater. Selain itu, pihaknya ingin ada pendekatan kepada orang tua untuk membekali pengetahuan mendidik anak yang baik terkait orientasi seksual dan kesehatan reproduksi.
Nantinya, Dinkes juga melibatkan ULT PSAI dan LPA untuk menjelaskan pendidikan seksual di usia pelajar. Dinkes juga akan membantu pengobatan atau layanan kesehatan reproduksi remaja jika diperlukan.
Menurut Didik, maraknya kasus lelaki menjalin hubungan seks dengan lelaki (LSL) telah menjadi perhatian Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Mereka bahkan sempat mengkonfirmasikan berita tentang LSL di Tulungagung yang jumlahnya mencapai ratusan.
"Dan saya membenarkan data dan berita yang dikonfirmasikan itu," katanya.
Pihak Dinkes sebelumnya mengkonfirmasi data adanya 498 remaja dan pelajar lelaki usia 11-20 tahun tahun yang teridentifikasi dan mengakui pernah melakukan hubungan seks dengan sesama pria. Mayoritas pelajar dan remaja LSL itu tersebar di tujuh kecamatan, yakni Ngantru, Bandung, Sumbergempol, Kedungwaru, Besuki, Tulungagung, dan Boyolangu.
Dari temuan LSL itu, sebanyak 175 orang sudah melakukan tes HIV/AIDS. Hasilnya, sebanyak 21 orang di antaranya positif HIV. KPA tengah berusaha menjangkau seluruh temuan untuk melakukan tes HIV.