REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jaringan Aktivis Muda Golkar (JAM-G) menegaskan dukungan mereka untuk Ketua Umum Airlangga Hartarto kembali mencalonkan diri sebagai ketua umum di Munas Golkar. Koordinator JAM-G Rudolfus Jack Paskalis mengklaim, Airlangga juga didukung Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menjadi ketua umum.
Jack meyakini, kedekatan antara Airlangga dan Istana semakin menguatkan Airlangga dalam perjalanan menuju kontestasi caketum Golkar. "Pak Jokowi sangat nyaman dengan Mas Airlangga yang santun," kata Jack dalam dialog yang digelar di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Selasa (30/7).
Dukungan yang diberikan JAM-G, kata Jack, juga melihat pada istana yang dianggapnya mendukung Airlangga. Kedekatan Airlangga dengan istana dianggap sebagai manfaat bagi Golkar dalam lima tahun ke depan pemerintahan Jokowi.
"Golkar ini tidak bisa lepas dari restu yang namanya Istana. Ketum Golkar akan datang dia harus bisa bersinergis dengan presiden yang akan datang untuk menjaga sinergi pembangunan lima tahun ke depan," pungkasnya
Jack mengklaim, Airlangga adalah sosok yang paling tepat dalam memimpin Golkar. Hal ini, kata Jack dibuktikan dengan performa Golkar di Pemilu 2019 yang mengantungi 85 suara.
"Kalau ada opini yang mengatakan bahwa Pak Airlangga Hartarto ini gagal memimpin Golkar pada kontestasi politik Pileg dan Pilpres 2019, maka itu hoaks," sambung dia
Menurut Jack, Airlangga telah menyatukan internal partai. Hasilnya, sehingga Golkar menjadi pemenang kedua dalam perolehan kursi di parlemen. Capaian tersebut diperoleh Airlangga dalam waktu satu setengah tahun.
Jack pun sempat mempertanyakan adanya suara DPD yang menyatakan dukungan selain ke Airlangga. Ia mengklaim, dukungan mayoritas pemilik suara di Golkar sudah tertuju pada Airlangga.
"DPD II, yang bicara di media itu punya suara nggak? Jadi hari ini yang sudah menyatakan dukungan DPD II Golkar, itu sudah 85 persen menyatakan dukungan secara tertulis di atas materai buat Pak Airlangga Hartarto," ucap dia.
Wasekjen Golkar Christina Aryani menyampaikan agar dukung-mendukung menuju Munas Golkar ini tak lantas berujung pada perpecahan. Menurut dia, Golkar sudah terbiasa mengelola konflik. Maka, setiap kader Golkar harus menghormati semua yang ingin maju sebagai caketum.
"Kami terbiasa mengelola konflik. Yang penting adalah konflik itu bisa dikelola. Ada teman kita yang punya aspirasi untuk maju kita hargai," ujar dia.