Selasa 30 Jul 2019 19:25 WIB

Polusi Udara Jakarta Terburuk, JK: Tantangan untuk Gubernur

Polusi udara di Jakarta yang masuk kategori tidak sehat.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Andri Saubani
[ilustrasi] Gedung bertingkat tersamar kabut polusi udara di Jakarta, Senin (8/7/2019).
Foto: Antara/M Risyal Hidayat
[ilustrasi] Gedung bertingkat tersamar kabut polusi udara di Jakarta, Senin (8/7/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Wakil Presiden RI Jusuf Kalla menantang Gubernur DKI Jakarta dan masyarakat Jakarta untuk mengatasi masalah polusi udara di Jakarta. JK menilai, polusi udara di Jakarta yang masuk kategori tidak sehat harus segera diatasi.

"Ya itu tantangan untuk gubernur dan kita semua," kata JK di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (30/7).

Baca Juga

Namun, JK menyebut perlu berbagai upaya untuk memperbaiki kualitas udara di Jakarta. Salah satunya dengan mengurangi jumlah kendaraan bermotor di Jakarta.

"Kalau laporannya mengatakan sebagian besar udara yang jelek karena kendaraan, jadi ada hubungannya dengan kemacetan, ada hubungannya dengan begitu banyak orang pakai mobil, jadi solusinya mengurangi mobil," kata JK.

Selain itu, JK memberikan pilihan lain agar kendaraan yang beroperasi di Jakarta harus beremisi rendah.

"Mobil itu nanti masa datang harus mobil yang emisinya kecil, harus mobil Euro 4 contohnya. harus di cek semua mobil hasil pabrikan emisinya kecil. Kemudian bahan bakarnya harus naik, bukan timbal, premium," kata JK.

JK pun menilai perlu perubahan perilaku dan gaya masyarakat Jakarta dalam mengurangi polusi udara. Salah satunya dengan banyak menggunakan transportasi umum di Jakarta.

"Publik harus menyadari bersama-sama kita tak boleh mengendarai mobil sambil rokok, gerakan bersama nasional," kata JK.

"Ini kan perilaku, mau apa pun gubernurnya, kalau perilaku, tapi sudah ada aturan, katakanlah aturan soal ganjil genap, itu juga mengurangi kendaraan, kemudian MRT, LRT, itu mengurangi kendaraan," kata JK.

Kualitas udara DKI Jakarta menempati posisi ketiga kategori kota dengan kualitas udara dan polusi terburuk di dunia, yakni 117 dengan parameter PM 2,5 konsentrasi 42,1 ug/m3 berdasarkan US Air Quality Index (AQI) atau indeks kualitas udara pada Senin (29/7) malam. Posisi Jakarta berada di bawah kota Dubai dan Kabul.

Sebelumnya, pada Senin pagi, AirVisual sempat melaporkan kualitas udara DKI Jakarta berada di peringkat pertama kualitas udara dan polusi terburuk di dunia. Sementara untuk kategori negara, data AirVisual pada Senin (29/7) malam, menempatkan Indonesia pada peringkat kesebelas sebagai negara dengan kualitas udara dan polusi terburuk di dunia.

Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan mencurigai kendaraan berat yang melintas di Tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) menyebabkan polusi udara di wilayah selatan Jakarta tinggi. Sebab, kata dia, kawasan selatan ibu kota ini bukan daerah paling padat.

"Salah satu kecurigaan kami ingin bicara pengelola jalan tol. Di jalan-jalan JORR dan sekitarnya di malam hari justru terjadi kepadataan kendaraan-kendaraan berat," ujar Anies di kawasan Rorotan, Jakarta Utara, Senin (29/7).

Ia menyebut, berdasarkan alat pemantau kualitas udara Pemprov DKI, menunjukkan polusi udara di Jagakarsa, Jakarta Selatan amat tinggi di pagi hari. Untuk itu, Anies ingin berkoordinasi dengan pihak pengelola jalan tol dan memastikan kendaraan berat yang masuk memenuhi ambang batas gas emisi.

Namun, Anies tak mengatakan waktu dimulainya aturan pembatasan kendaraan berat yang melintas di tol JORR wajib memenuhi standar gas buang itu. Ia hanya menuturkan aturan tersebut akan diberlakukan sesegera mungkin.

"Nanti kami pastikan kendaraan-kendaraan berat yang memasuki wilayah JORR itu mereka penuhi standar emisi sehingga enggak timbulkan masalah. Sesegera mungkin," kata Anies.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement