Sabtu 27 Jul 2019 23:20 WIB

Jumlah Luasan Sawah Gagal Panen di Indramayu Bertambah

Luasan sawah di Indramayu yang terancam kekeringan mencapai 6.935 hektare

Petani berada di areal sawah miliknya yang kekeringan di Desa Pegagan, Kecamatan Terisi, Indramayu, Jawa Barat, Senin (15/7/2019).
Foto: Antara/Dedhez Anggara
Petani berada di areal sawah miliknya yang kekeringan di Desa Pegagan, Kecamatan Terisi, Indramayu, Jawa Barat, Senin (15/7/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, mencatat sebanyak 5.666 hektare sawah gagal panen atau puso dikarenakan kekeringan yang melanda daerah itu. Luasan itu lebih besar dari informasi sebelumnya, yaitu 2.100 hektare.

"Dari data terakhir yaitu per 24 Juli, ada 5.666 hektare persawahan yang gagal panen," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu Takmid di Indramayu, Sabtu (27/7).

Baca Juga

Takmid mengatakan cuaca ekstrem di Indramayu mengakibatkan distribusi air ke lahan pertanian mengalami kendala. Hal itu disebabkan oleh minimnya debit air dari beberapa waduk.

Selain itu, persoalan lainnya adalah kendala infrastruktur irigasi yang rusak. Akibatnya, air tidak sampai ke areal persawahan dan mengakibatkan kekeringan.

"Saat ini cuaca juga ekstrem, jadi banyak persawahan yang mengalami kekeringan," tutur Takmid.

Dari 120 ribu hektare sawah di Indramayu, lanjut Takmid, yang mengalami kekeringan ringan seluas 3.184 hektare. Lahan yang mengalami kekeringan sedang seluas 2.436 hektare dan kekeringan berat 4.218 hektare.

"Sementara yang terancam kekeringan itu seluas 6.935 hektare," katanya.

Dari semua persawahan yang mengalami kekeringan baik ringan, sedang maupun berat bisa berpotensi gagal panen apabila pada minggu-minggu ini tidak teraliri air.

Sementara itu, Prakirawan Cuaca Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Jatiwangi Majalengka Ahmad Faiz mengatakan selama tiga bulan Kabupaten Indramayu berpotensi tanpa ada hujan. Artinya, Indramayu masuk ke kondisi kekeringan ekstrem.

"Dari peta monitoring, Kabupaten Indramayu paling terdampak, di mana selama 94 hari tanpa hujan," kata Ahmad Faiz.

Ia menuturkan dengan lamanya hari tanpa hujan di Indramayu, itu perlu diwaspadai oleh semuanya, baik pemerintah yang mempunyai kebijakan maupun masyarakat. Dengan kondisi itu, ujar dia, sangat berpotensi terjadinya kekeringan, baik yang mengancam lahan pertanian, maupun ketidakadaan air bersih.

"Selain itu juga perlu diwaspadai adanya kebakaran lahan atau hutan selama musim kemarau," tuturnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement