Jumat 26 Jul 2019 18:49 WIB

Kompolnas Usulkan Tiap Polres Miliki Psikolog

Perawatan kesehatan jiwa sama pentingnya dengan kesehatan badan.

Polisi Korban Penembakan akan Dimakamkan di Jonggol.
Foto: Rusdy Nurdiansyah/Republika
Polisi Korban Penembakan akan Dimakamkan di Jonggol.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  - Anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) unsur pakar kepolisian, Andrea H Poeloengan mengusulkan setiap Polres memiliki psikolog untuk menjaga kesehatan jiwa anggota polisi.

"Saya sebagai anggota Kompolnas telah mengusulkan perlunya psikolog ada pada setiap Polres," kata Andrea, Jumat (26/7)

Andrea mengatakan perawatan kesehatan jiwa sama pentingnya dengan kesehatan badan. Untuk menjaga kesehatan jiwa tersebut, lanjut dia, perlu adanya tenaga medis untuk kesehatan badan anggota polisi.

"Seingat saya, sejak 2016 saya sudah bicara hal ini, akan tetapi saya belum melihat perkembangan signifikan tentang upaya menjaga kesehatan jiwa dengan mengadakan psikolog klinis pada minimal tiap Polda," katanya.

Hal ini, lanjut dia, terlihat ketika penerimaan Perwira Polri sumber Sarjana, tidak sampai 34 psikolog klinis yang diterima pada tiap tahunnya sejak 2016.

Menurut dia, kalau kondisi seperti ini dibiarkan, maka bukan tidak mungkin, penembakan sewenang-wenang seperti di Cimanggis, Kota Depok, terjadi lagi di kemudian hari.

"Untuk itu, selain melakukan pengecekan kejiwaan dengan instrumen psikologi dan psikiatri pada setiap pemegang senjata secara berkala enam bulan atau setahun sekali, khusus Polri, setidaknya secara bertahap, pada tiap Polres mempunyai tenaga konselor dari psikolog klinis," kata Andrea.

Terkait pelaku penembakan anggota polisi di Cimanggis, Kota Depok, Andrea mengusulkan perlu dilakukan tes kejiwaan terhadap Brigadir Rangga Tianto yang menjadi pelaku penembakan Bripka Rahmat Effendy.

Ia menilai, Bripka Rahmat Effendy memiliki ego, gangguan psikis, sehingga mudah terpancing emosi dan menembak korban sebanyak tujuh kali hingga tewas.

"Bisa jadi pelaku penembakan memiliki ego, gangguan psikis, arogansi abuse power, tidak dapat mengendalikan emosi atau yang lainnya yang menjadi faktor penyebab. Makanya perlu di dalami dengan pemeriksaan kejiwaan," kata Andrea.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement