Kamis 25 Jul 2019 23:26 WIB

Volume Air di Tiga Waduk di Kabupaten Madiun Mulai Menyusut

Potensi kekeringan masih didominasi kawasan lereng Gunung Wilis.

Musim kemarau yang berdampak kekeringan (ilustrasi)
Foto: Republika/Fauzi Ridwan
Musim kemarau yang berdampak kekeringan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Ratusan Hektare Sawah Kekeringan di Madiun

MADIUN -- Dinas Pertanian (Disperta) Kabupaten Madiun, Jawa Timur, mencatat ratusan hektare sawah di wilayah setempat terdampak kekeringan pada musim kemarau 2019. Para petani pun terancam gagal panen.

Baca Juga

Kabid Holtikultura Disperta Kabupaten Madiun Sumanto mengatakan total luas lahan pertanian di Madiun mencapai 32 ribu hektare. Data sementara yang dihimpun, dari jumlah tersebut terdapat lebih dari 101 hektare lahan pertanian mengalami kekeringan. "Potensi kekeringan masih didominasi kawasan lereng Gunung Wilis. Yaitu, Kecamatan Dagangan, Kare, dan Gemarang," ujar Sumanto kepada wartawan, Kamis (25/7).

Memasuki kemarau, potensi kekeringan lahan pertanian akan semakin meluas. Apalagi, musim kemarau belum mencapai puncaknya.

Untuk mengatasi dampak yang lebih besar, ia mengimbau petani lebih efisien bercocok tanam dan tidak memaksakan tanam padi. Namun bisa diselingi tanaman palawija.

Hal itu mengingat volume air di tiga waduk di Kabupaten Madiun mulai menyusut. Bahkan di bawah batas zona standar. Sehingga, untuk mengantisipasi kemarau yang bisa saja mundur dari perkiraan, petani diharapkan beralih ke palawija untuk musim tanam selanjutnya (MK II).

Ia menyebut kekeringan terjadi hampir di seluruh daerah di pulau Jawa. Saat musim kemarau, debit penampungan air maupun sumur dalam menyusut. Hal itu karena berkurangnya sumber air yang disebabkan minimnya penghijauan.

"Kekeringan hampir selalu terjadi saat musim kemarau berlangsung, tinggal bagaimana menyikapinya. Saya berharap semua lebih bijak dan bisa membantu penghijauan kembali," kata dia.

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement