REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Kanit PPA Polres Kota Malang, Iptu Tri Nawang Sari mengungkapkan, kejadian pelecehan seksual pada orang dewasa maupun anak sesungguhnya banyak terjadi di masyarakat. Namun hanya sedikit yang terkuak ke publik karena keberanian korban maupun keluarganya.
"Sebenarnya banyak kejadiannya, tapi enggak mau lapor seperti karena malu, takut di-bully teman dan sebagainya," kata Nawang kepada wartawan dalam kegiatan diskusi bersama Gojek di 5 Lounge and Terrace, Kota Malang, Kamis (25/7).
Menurut Nawang, pelecehan seksual tidak hanya terjadi pada perempuan tapi juga laki-laki. Hal ini terbukti di mana seorang anak laki-laki pernah menjadi korban pencabulan di 2018. Lokasi kejadian lebih tepatnya di Sukun, Kota Malang. Berdasarkan data PPA, terdapat tren penurunan kasus pelecehan seksual antara 2017 dan 2018.
"Yang semula 10 kasus menurun hingga 10 persen," jelas Nawang.
Sementara pada kasus pencabulan, Nawang mengaku telah terjadi sedikit peningkatan. Namun tren antara 2017 dan 2018 dipastikan masih di bawah 10 kasus. Di antara kasus tersebut, Nawang mengungkapkan, kasus kekerasan lebih sering terjadi dalam kehidupan rumah tangga. Hampir sebagian penyebab peristiwa ini karena peselingkuhan. Karena ketahuan, suami biasanya akan memukul istri.
Beberapa istri ada yang mau melapor atas kekerasan yang dialaminya. Namun sayangnya, lebih banyak yang tidak berani melapor karena takut diceraikan. Jika itu terjadi, istri khawatir tidak mampu membiayai kebutuhan anaknya.
"Ada yang tidak mau lapor karena itu aib atau malah suami mukul lagi," tambah dia.
Melihat situasi ini, Nawang menilai, masyarakat memang memerlukan pemahaman tentang kekerasan fisik maupun seksual. Tidak hanya untuk orang dewasa tapi juga pada anak-anak. Sebab, anak-anak rentan mengalami kondisi demikian dari lingkungan sekitar.