Selasa 23 Jul 2019 20:22 WIB

Ibu-Ibu Cilincing Tertolong Biaya Persalinan Gratis

Semua ibu yang melahirkan di Rumah Bersalin Kalibaru sudah terdaftar di BPJSK

Rep: Erik Purnama Putra/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Loket pendaftaran layanan ibu hamil di Rumah Bersalin Kalibaru, Cilincing, Jakut.
Foto: Erik PP/Republika
Loket pendaftaran layanan ibu hamil di Rumah Bersalin Kalibaru, Cilincing, Jakut.

REPUBLIKA.CO.ID, Aminah masih tergolek lemas di ruang rawat inap Rumah Bersalin Kalibaru, sambil menggendong anaknya, yang baru dilahirkan beberapa jam sebelumnya. Aminah sebenarnya sudah tinggal di Kabupaten Tangerang, namun kartu tanda penduduk (KTP) dan kartu keluarga (KK) masih tercatat beralamat di Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara (Jakut).

Minarsih terus mendampingi anak ketiganya yang tenaganya belum pulih total. "Ini baru melahirkan. Anak saya melahirkan normal di sini, alhamdulillah gratis karena sudah daftar BPJS (Kesehatan)," kata Minarsih menceritakan persalinan Aminah saat ditemui Republika, Kamis (18/7) pagi.

Minarsih menuturkan, anaknya sebenarnya ingin melahirkan di Puskesmas Cilincing. Namun, karena kondisi sang ibu dan calon anaknya dinyatakan sehat oleh dokter, kata Minarsih, Aminah dirujuk ke Rumah Bersalin Kalibaru. Pertimbangannya, karena persalinan diprediksi normal dan lokasinya tak jauh dari rumahnya.

Minarsih pun bersyukur anaknya akhirnya bisa menjalani proses melahirkan dengan lancar, dan ia tidak dipusingkan dengan biaya apapun. "Di sini pelayanannya bagus. Ibu-ibu bidan terus mendampingi pagi hingga siang mengontrol anak saya," kata Minarsih.

photo
Loket pendaftaran layanan ibu hamil di Rumah Bersalin Kalibaru, Cilincing, Jakut.

Shinta Nurbaeningsih (23 tahun) juga memiliki pengalaman mengesankan kala melahirkan di Rumah Bersalin Kalibaru yang diresmikan pada 2 Mei lalu, meski sebelumnya sudah beroperasi terbatas. Dikonfirmasi terpisah, Shinta mengisahkan, perutnya terasa mual pada 1 Mei 2019 sekitar pukul 19.30 WIB, sehingga ia meminta diantarkan suaminya, Budi untuk segera ke puskesmas.

“Dapat informasi ada rumah bersalin bagus dan baru dibuka di daerah Cilincing, saya dibawa kemari," kata Shinta yang tinggal di kawasan permukiman padat penduduk di Jalan Manunggal, Kelurahan Rorotan, Cilincing. 

Shinta yang berstatus ibu rumah tangga ini, mengaku, tertolong dengan layanan Rumah Bersalin Kalibaru. Karena itu, Shinta bisa melahirkan bayi laki-laki dengan berat 3,7 kilogram bernama Muhammad Abinaya Abidzar. 

photo
Penjaga rumah bersalin Puskesmas Kalibaru Cilincing

Shinta berharap, para ibu lainnya bisa ikut merasakan pelayanan yang baik, seperti yang didapatkannya di Rumah Bersalin Kalibaru. Pasalnya, warga yang tinggal di Kecamatan Cilincing, kebanyakan dari golongan bawah. Sehingga kalau ada fasilitas kesehatan tidak memungut biaya, pasti keberadaannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat. “(Saya) tidak bayar. Karena saya pakai BPJS,” ujar Shinta.

Pantauan Republika, Rumah Bersalin Kalibaru yang berada di tengah pasar tradisional, kondisinya mirip rumah sakit tipe kecil khusus ibu dan anak. Ada empat ruangan bersalin di rumah bersalin ini. Seluruh ruangan dilengkapi dengan penyejuk ruangan (AC), yang didukung peralatan dan perlengkapan  melahirkan secara komplet.

Kepala Rumah Bersalin Kalibaru Zainab Sridani menuturkan, sejak diresmikan awal Mei 2019, sudah 34 ibu-ibu yang melahirkan di sini. Dia menuturkan, kalau ada yang akan menjalani proses persalinan berisiko tinggi, harus sesar atau induksi, pihaknya langsung merujuk ke RSUD Cilincing.

"Kita lakukan sesuai protap, diperiksa dulu tekanan darah tinggi atau akan persalinan normal. Kalau tidak, kita kirim pakai ambulans ke rumah sakit. Karena di sini, petugasnya hanya bidan," ucap Zainab.

Menurut dia, seluruh pasien yang dilayani Rumah Bersalin Kalibaru tidak dipungut biaya, asalkan terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan. Dia mendapati, seluruh pasien yang ingin melahirkan, statusnya sudah terdaftar BPJS Kesehatan sejak jauh-jauh hari. Zainab pun mengapresiasi warga Kalibaru dan sekitarnya, yang termasuk taat membayar iuran BPJS Kesehatan setiap bulan.

"Setiap yang dilayani di sini, nggak ada yang belum menjadi anggota BPJS. Mungkin karena pengetahuan masyarakat sudah maksimal sehingga mengerti dan butuh memakai fasilitas BPJS," ucap Zainab.

Kepala Puskesmas Kalibaru, drg Lesti Harni menjelaskan, angka ibu melahirkan di wilayahnya memang termasuk tinggi, karena berlokasi di daerah padat penduduk. Pihaknya mencatat, setiap bulannya, kunjungan ibu-ibu hamil ke puskesmas bisa mencapai 300 orang. Menurut Lesti, dipersiapkan layanan untuk ibu melahirkan antara 70 hingga 100 kelahiran setiap bulannya.

Dengan luas Kelurahan Kalibaru sekitar 166 hektare, kepadatan penduduknya termasuk yang tertinggi di Jakut, bahkan Jakarta. Saat ini, terdapat 86 ribu jiwa yang menjadi penduduk Kelurahan Kalibaru atau setiap jarak satu kilometer, jumlah penduduk mencapai 12 ribu jiwa. 

Meski begitu, pihaknya berkomitmen melayani seluruh pasien, khususnya ibu hamil atau akan melahirkan. “Semua kita layani dan gratis dengan BPJS. Kalau ada yang belum daftar, kita ada layanan Pojok BPJS Kesehatan, sehingga sejak periksa kandungan mereka diarahkan untuk mendaftar dan jadi peserta," kata Lesti.

Kepala BPJS Kesehatan Cabang Jakut, Elisa Adam mengatakan, pihaknya terus mengupayakan agar warga Jakut dan Kepulauan Seribu semuanya menjadi peserta BPJS Kesehatan. Saat ini, kata dia, tercatat jumlah peserta terdaftar mencapai 340.599 jiwa bagi non-penerima bantuan iuran (PBI) dan PBI sebanyak 1.354.746 jiwa. 

"Per Juni untuk Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu, jumlah total nomor induk kependudukan (NIK) yang belum terdaftar data universal health coverage mencapai 33.968 jiwa," kata Elisa.

Elisa menuturkan, tingginya tingkat kepesertaan BPJS Kesehatan di wilayahnya tidak membuatnya berpuas diri. Saat ini, BPJS Cabang Jakut bekerja sama dengan Pemkot Jakut, Badan Pusat Statistik (BPS), dan Ditjen Dukcapil Kemendagri untuk menyandingkan data agar seluruh penduduk bisa terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan. 

Dengan begitu, sambung dia, bagi warga tidak mampu nantinya bisa mendapat bantuan dari Pemkot Jakut untuk menjadi peserta PBI. "Sehingga data penduduk yang belum terdaftar dapat didaftarkan sebagai peserta PBI APBD. Kami juga membuka booth pendaftaran di semua kelurahan Jakut dan mal," kata Elisa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement