REPUBLIKA.CO.ID, TARAKAN, KALIMANTAN UTARA -- Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan pemerintah Jepang berdiskusi tentang kerja sama penggunaan satelit Quasi-Zenith Satellite System (QZSS) milik Jepang di Indonesia dan penelitian dan pengembangan perangkat pendukungnya untuk meningkatkan sistem navigasi di Indonesia.
"Posisi satelit QZSS sangat berdekatan langsung dengan wilayah Indonesia sehingga kita bisa mendapat keuntungan satu sistem GPS yang akurat dibandingkan dengan negara lain," kata perekayasa BPPT, Fadjar Rahino Triputra dalam keterangan pers yang diterima di Tarakan, Kalimantan Utara, Kamis (18/7).
Quasi-Zenith Satellite System (QZSS) adalah sistem satelit navigasi lokal yang dikendalikan oleh pemerintah Jepang dalam National Space.
Fadjar mengatakan diskusi grup terfokus (Focus Group Discussion/FGD) itu sebagai kelanjutan dari kegiatan yang sudah dilakukan sebelumnya sejak Februari 2018.
Dalam forum diskusi itu, diharapkan beberapa proposal yang bisa menjadi pilot project kegiatan penggunaan satelit QZSS dapat terealisasi.
Satelit itu berguna antara lain untuk memantau wilayah perbatasan dan menentukan lokasi yang lebih akurat dan yang bisa sampai sentimeter bahkan millimeter.
Fadjar berharap BPPT dapat bekerja sama erat dengan Jepang karena mereka sudah membuat chip yang bisa menerima sinyal dari satelit, dan dalam waktu dekat pihak BPPT akan mencoba chip tersebut.