Selasa 16 Jul 2019 19:51 WIB

Perkumpulan Honorer Prihatin dengan Nasib Guru Nining

PKH2I Kabupaten Purwakarta menyebut banyak guru honorer yang hidup miskin

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Nining (44) guru honorer di  SD Negeri Karya buana 3, Kecamatan Cigeulis, Kabupaten Pandeglang, terpaksa harus tinggal di toilet sekolah tempatnya mengajar karena kondisi ekonomi yang lemah, Senin (15/7).
Foto: Republika/Alkhaledi Kurnialam
Nining (44) guru honorer di SD Negeri Karya buana 3, Kecamatan Cigeulis, Kabupaten Pandeglang, terpaksa harus tinggal di toilet sekolah tempatnya mengajar karena kondisi ekonomi yang lemah, Senin (15/7).

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Perkumpulan honorer K2 Indonesia (PKH2I) Kabupaten Purwakarta, prihatin dengan adanya guru honorer di Kabupaten Pandeglang yang tinggal di toilet sekolah. Organisasi ini menilai, kasus tersebut akibat minimnya perhatian terhadap nasib guru honorer.

Ketua PKH2I Kabupaten Purwakarta, Darman Sudarman, mengaku, sangat prihatin dengan adanya kasus guru honorer yang hidupnya dibawah garis kemiskinan. Bahkan, harus tinggal di toilet sekolah. Pihaknya sangat beruntung, di Purwakarta tidak ada guru honorer yang hidupnya benar-benar memrihatinkan.

Baca Juga

"Kalau soal upah, memang semuanya masih dibawah UMK. Bahkan, sangat jauh. Tapi, kehidupan guru honorer di wilayah kami, alhamdulillah jauh lebih baik dari yang menimpa guru honorer di wilayah Pandeglang," ujar Darman, kepada Republika.co.id, Selasa (16/7).

Menurut Darman, upah yang diterima guru honorer di wilayahnya bervariasi. Dari mulai Rp 300 ribu sampai Rp 600 ribu per bulannya. Hal itu, tergantung dari kemampuan sekolah dalam menggaji pegawainya.

Meski demikian, para guru honorer ini mayoritas bisa keluar dari masalah kesulitan ekonomi. Salah satunya, karena terbantu dengan pasangan hidupnya. Ada yang suaminya bekerja, serta ada yang isterinya membantu suami dengan berjualan.

"Jadi, sepengetahuan kami sampai saat ini di Purwakarta tidak ada guru honorer yang hidupnya benar-benar dibawah garis kemiskinan," ujarnya.

Apalagi, lanjut Darman, saat ini perhatian pemerintah kabupaten terhadap nasib guru honorer ataupun tenaga honorer lainnya sudah sangat baik. Salah satunya, guru honorer termasuk penjaga sekolah secara bertahap didaftarkan sebagai peserta BPJS Keternagakerjaan dan BPJS Kesehatan.

Perhatian ini, sangatlah positif bagi nasib pegawai honorer. Sebab, kedepan para pegawai ini masih punya secercah harapan, yaitu memiliki tunjang hari tua. Serta, kalau sakit tak perlu mengeluarkan biaya, karena sudah terlindungi BPJS kesehatan.

Saat ini, lanjut Darman, jumlah guru honorer di Purwakarta mencapai 3.000 jiwa. Dari jumlah tersebut, yang sudah masuk K2 lebih dari 600 pegawai. Sedangkan, guru honorer yang sudah masuk dalam kepesertaan BPJS mencapai 360 orang. Serta, penjaga sekolah 100 orang.

"Kami bersyukur, dengan upah dibawah UMK masih bisa mengabdi kepada negara. Karena, kami ikhlas dengan pengabdian ini," jelasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta, Purwanto, mengakui, hingga saat ini sekolah-sekolah yang ada di Purwakarta masih ketergantungan terhadap guru honorer. Sebab, Purwakarta masih kekurangan ribuan guru yang statusnya ASN.

"Kita sudah mengusulkan, supaya kuota guru ASN untuk Purwakarta ditambah. Namun, rekrutmen guru ASN kewenangannya ada di pusat. Jadi, daerah hanya menerima guru yang diangkat oleh pusat saja," ujarnya. 

Adapun kekurangan guru ASN-nya, mencapai 1.800 orang. Namun, berkat kehadiran guru honorer ini, maka kegiatan belajar dan mengajar di sekolah tetap berjalan sesuai aturan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement