REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Kebun jagung warna-warni milik Luki Lukman Hakim di Desa Cirumput, Kecamatan Cugenang, Cianjur, Jawa Barat, menjadi pusat perhatian warga dari berbagai daerah sejak beberapa bulan terakhir.
Tercatat setiap akhir pekan seratusan pengunjung dari berbagai daerah datang ke kebun jagung yang terletak di bagian selatan kaki Gunung Gede, yang sejak satu tahun terakhir ditanami bibit jagung asal benua Amerika Selatan itu.
Mereka yang datang ingin melihat langsung budi daya jagung yang memiliki berbagai macam warna, tidak seperti varietas jagung di Indonesia yang berwarna kuning.
Pada wartawan Senin (15/7), Luki, pengelola perkebunan mengatakan ratusan pengunjung tersebut mulai berdatangan sejak kebun jagung yang memiliki sebelas warna itu ramai dibicarakan di media sosial dan sejumlah media massa.
"Kalau hari kerja pengunjung bisa mencapai 50 orang, sedangkan pada akhir pekan mampu mencapai lebih dari 100 orang dari berbagai daerah di Jawa Barat, bahkan ada yang dari luar Jawa seperti Kalimantan dan Sumatera," katanya.
Pengujung dari luar negeri pun, kata dia, sempat berkunjung ke kebun jagung seluas tiga hektare yang disewanya dua tahun yang lalu. Pengunjung dari luar negeri antara lain dari Kanada, Belanda, Inggris, dan Amerika Serikat.
"Warga asing tersebut ingin melihat konsep kebun karena kebetulan ada jagung asal benua Amerika yang tumbuh di Cianjur dengan jumlah warna yang lebih banyak," katanya.
Namun saat ini, ungkap dia, beberapa pengunjung yang datang merasa kecewa karena tidak dapat melihat langsung jagung di batangnya, karena masa panen sudah usai beberapa pekan yang lalu.
"Pengunjung yang ingin melihat langsung panen jagung warna-warni dapat kembali datang pada panen berikutnya, tepatnya bulan September. Saat ini pengunjung sudah dapat membeli bibit yang kami jual Rp50.000 per seratus butir," katanya
Sementara Budi Hardian (40) pengunjung asal Kecamatan Cipanas mengatakan mendapat informasi kebun jagung warna-warni dari media sosial dan media massa sehingga sengaja datang karena tidak jauh dari tempat tinggalnya.
"Tapi sayang jagungnya sudah dipanen, sehingga tidak dapat melihat secara langsung dari batangnya. Mudah-mudahan saja pada musim panen berikutnya saya dapat berkunjung kembali untuk melihat jagung dengan sebelas warna itu," katanya.