Senin 15 Jul 2019 15:57 WIB

Orangutan yang Ditunggu-tunggu Warga Kawasan Batangtoru

Pembangunan PLTA tidak berada di jalur yang sering dikunjungi orangutan.

Kegiatan pelatihan dan pembentukan kader konservasi berbasis kearifan lokal masyarakat untuk melindungi orangutan Tapanuli dan kelestarian ekosistem Batang Toru di Dusun Sitandiang, Desa Bulu Mario, Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel).
Foto:

Staf Seksi Bidang III Wilayah V Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatra Utara M. Nasir Siregar mengatakan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah menegaskan proyek yang dilaksanakan oleh PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE) tidak akan mengganggu orangutan. Pembangunan PLTA tidak berada di jalur yang sering dikunjungi orangutan.

Untuk menjaga kelestarian orangutan, pelatihan kader konservasi pun dilakukan, dengan melibatkan warga dari tujuh desa di Kecamatan Sipirok dan Marancar. Dusun Sitandiang, Desa Bulu Mario, Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), menjadi tempat pelatihan.

Koesnadi Wirasaputra, salah satu penggagas pelatihan konservasi orangutan berbasis masyarakat, mengatakan, satu tahun belakangan ini PLTA mulai melibatkan masyarakat. Ada program pendampingan organisasi, edukasi ekosistem hutan, konservasi air, dan habitat. "Selama ini masyarakat sudah ada perilaku konservasi, tinggal menguatkan mereka," kata Koesnadi.

PT NSHE dan BBKSDA juga mengajak masyarakat melakukan pengayaan habitat orangutan. Caranya dengan menanam pohon-pohon yang kelak buahnya bisa menjadi pakan orangutan. Diharapkan dengan semakin banyaknya pohon, masyarakat tidak akan merasa dirugikan saat orangutan memakan hasilnya.

PLTA Batangtoru diharapkan akan beroperasi pada tahun 2022. Suplai energinya mencapai 2.124 GWh/tahun, yang berkontribusi terhadap 15 persen kebutuhan beban puncak Sumatra Utara, pukul 18.00-24.00 WIB. PLTA Batangtoru dirancang untuk melayani beban puncak dengan kapasitas 510 MW yang dihasilkan dari empat buah turbin yang digerakkan dari tenaga air dari kolam harian seluas 90 hektare.

PLTA ini tidak memiliki waduk, sehingga tidak menyimpan air. Total air yang akan disimpan saat pertama kali beroperasi adalah 15 juta meter kubik di DAM yang akan dibangun pada lereng sempit yang menuju hilir sungai. Sebanyak 15 juta meter kubik tersebut diperlukan untuk menaikkan ketinggian, sehingga curahannya memenuhi operasional turbin.

Selanjutnya, untuk ketersediaan air di DAM, air sungai akan ditampung sebanyak satu atau dua kali dalam sebulan, tergantung debit air yang tersedia. Setelah beroperasi, pada beban puncak, total air yang diperlukan selama enam jam yaitu 3,4 juta meter kubik. Namun, karena air juga mengalir, maka terdapat  pengurangan setengahnya yakni sekitar 2 juta meter kubik yang akan diisi selama 18 jam.

Penampungan air di DAM disebutnya tidak akan menyebabkan sungai kekeringan. PLTA memiliki batas debit yakni sebesar 45 meter kubik per detik. Apabila masuk hari kering atau di bawah debit 45 meter kubik, maka air akan dialirkan semua. Selain itu, sungai terdampak, yakni Sungai Batangtoru, akan mendapat aliran air dari DAM ditambah anak-anak sungai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement