Sabtu 13 Jul 2019 11:24 WIB

Tokoh Adat dan Agama Sambut Baik Ombilin Jadi Warisan Dunia

Penetapan Ombilin warisan dunia telah dilakukan Unesco belum lama ini.

Lobang Soero, salah satu terowongan bekas tambang sejak zaman penjajahan di Kota Sawahlunto yang telah dijadikan objek wisata.
Foto: Republika/Febrian Fachri
Lobang Soero, salah satu terowongan bekas tambang sejak zaman penjajahan di Kota Sawahlunto yang telah dijadikan objek wisata.

REPUBLIKA.CO.ID, SAWAHLUNTO -- Pemangku adat dan agama di Kota Sawahlunto, Sumatra Barat, menyatakan mendukung dari sisi adat dan agama kepada pemerintah setempat menyikapi ditetapkannya tambang batu bara Ombilin sebagai warisan budaya dunia (heritage world). Penetapam itu telah dilakukan Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (Unesco).

Ketua Lembaga Kerapatan Adat dan Alam Minangkabau (LKAAM) Sawahlunto, Adi Muaris Khatib Kayo di Sawahlunto, Sabtu (13/7) mengatakan adat dan budaya harus semakin dijaga dan dilestarikan. Sebab karena kekayaan sejarah dan budaya itulah Unesco menganugerahi "Kota Arang" Sawahlunto sebagai warisan budaya dunia.

Baca Juga

Menurutnya, adat dan agama, sebagai kekayaan tidak ternilai di Sawahlunto. Hal itu juga menjadi tameng kuat agar masyarakat di kota berusia 131 tahun itu tidak terkontaminasi efek negatif budaya asing yang masuk dari jalur pariwisata. Apalagi, diprediski kota ini bakal menggeliat menyusul penetapan warisan dunia Unesco tersebut.

"Unesco saja mengakui budaya kita, pengunjung wisatawan yang datang nanti juga, selain melihat destinasi, mereka juga penasaran dengan sejarah dan budaya Sawahlunto. Karena itu, maka jangan sampai kita sendiri di sini yang acuh, yang meninggalkan budaya kita," ujarnya.

photo
Bekas tambang batu bara Ombilin Sumatera Barat ditutup dan dijadikan sebagai museum pendidikan tambang.

Tentang budaya yang tetap terjaga di tengah ramainya pariwisata, Adi lantas menyontohkan bagaimana masyarakat di Bali yang tetap bisa komitmen menjaga dan melestarikan budayanya. "Saya lihat, kita bisa menyontoh pada masyarakat Bali soal mempertahankan budaya ini. Di Bali, kalau pariwisata jelas sangat hebat, namun yang membuat kita kagum, budaya asli masyarakat di sana tetap asri lestari dan terjaga," katanya.

Hal seperti itulah, katanya, yang harus diterapkan di Sawahlunto. Sehingga kunjungan pariwisata bakal meningkat, namun masyarakat harus siap komitmen menjaga dan melestarikan budaya lokal yang sangat kaya dan unik.

Ia menyatakan bahwa seluruh unsur niniak mamak siap mendukung warisan budaya dunia dari Unesco di Sawahlunto ini. Untuk itu, ia juga meminta Pemkot Sawahlunto untuk selalu menjalin koordinasi dengan para pemangku adat dan agama.

"Tentu yang merumuskan sampai mengeksekusi kebijakan, apakah itu program atau pembangunan fisik, adalah Pemkot. Sementara kami, siap membantu dalam memberikan pertimbangan maupun arahan-arahan sesuai adat, agama dan budaya," kata Adi Muaris. Hal senada turut disuarakan oleh Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sawahlunto, H. Darmuis.

Disebutkannya, status yang ditetapkan atas tambang Ombilin sebagai warisan dunia itu harus dimanfaatkan untuk hal-hal kebaikan yang terbawa seiring warisan budaya dunia itu. Namun tentu harus siap juga menyaring jika ada hal-hal yang tidak baik dan tidak sesuai norma agama dan adat yang berlaku di Sawahlunto.

"Status warisan dunia dari Unesco ini kan menyangkut pelestarian sejarah dan budaya pertambangan batubara Ombilin maupun Sawahlunto secara umum. Dalam Islam, menjaga dan melestarikan sejarah juga dianjurkan," katanya.

Sejarah itu mengandung ibrah (pelajaran) yang harus menjadi renungan kita. Karena itu, dia mengatakan, hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan salah satu pengingat tentang hari kemarin adalah dari sejarah.

photo
Bekas tambang batu bara Ombilin Sumatera Barat ditutup dan dijadikan sebagai museum pendidikan tambang.

Sementara menyambut bakal meningkatnya kunjungan wisatawan sebagai dampak langsung dari status warisan dunia itu, ia mengingatkan agar dalam menyambut tamu, maka sesuai panduan Islam dalam menyambut tamu, masyarakat diajak untuk saling hormat-menghormati. "Wisatawan itu adalah tamu kita. Dalam agama kita sudah diajarkan bagaimana ramah tamah dan penghormatan menyambut tamu. Selagi masih dalam kewajaran dan mereka juga menghormati, menghargai kita maka tentu kita juga wajib memberikan penghormatan dan penghargaan," kata Darmuis.

Sementara, Wali Kota Sawahlunto Deri Asta mengucapkan terima kasih atas dukungan dari pemangku adat dan agama bagi pengakuan warisan dunia dari Unesco pada Sawahlunto itu. Ia juga menyatakan bahwa pemkot pasti akan selalu mendengarkan pertimbangan dan arahan dari para pemangku adat dan agama dalam merumuskan maupun menjalankan serta mengevaluasi kebijakan terkait.

"Sesuai program unggulan kita, adat agama dan budaya itu masuk dalam prioritas. Maka sudah tentu kita selalu bergandengan tangan, menjalin komunikasi dan koordinasi terus dengan pemangku adat dan agama," kata Wali Kota berusia 45 tahun itu.

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement