Selasa 09 Jul 2019 09:33 WIB

Sawah Puso tak Pengaruhi Ketersediaan Pangan Bantul

Pemerintah Bantul mengklaim produksi padi selalu surplus.

Red: Nur Aini
 Seorang petani menyiram tanaman padi menggunakan air dari sumur pantek di lahan pasir di kawasan Pantai Samas, Bantul, Yogyakarta.
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Seorang petani menyiram tanaman padi menggunakan air dari sumur pantek di lahan pasir di kawasan Pantai Samas, Bantul, Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Pemerintah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta memastikan ketersediaan pangan terutama beras di daerah ini tidak terpengaruh, meski puluhan hektare sawah di beberapa kecamatan mengalami puso akibat kekeringan.

"Tidak terpengaruh, karena produksi padi secara umum itu kita di Bantul selalu surplus dari perhitungan kita," kata Kepala Seksi (Kasi) Perbenihan dan Perlindungan Tanaman Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan Bantul Umi Fauziyah di Bantul, Selasa (9/7).

Baca Juga

Berdasarkan laporan yang masuk ke instansinya, lahan pertanian padi yang mengalami gagal panen karena kesulitan air irigasi seluas 93 hektare yang tersebar di empat kecamatan, di antaranya Kecamatan Dlingo seluas 85 hektare. Dia menjelaskan, dalam setahun Bantul hanya membutuhkan luas panen sekitar 20 ribuan hektare guna memenuhi kebutuhan beras semua penduduk Bantul. Akan tetapi, semua petani Bantul di 17 kecamatan rata-rata per tahun bisa panen sekitar 30 ribu hektare.

"Per tahun kita itu bisa panen padi sekitar 30 ribuan hektare, kalau ini hanya 93 hektare (padi gagal panen) masih sangat kecil dan dipastikan tidak berpengaruh terhadap produksi secara umum," katanya.

Sementara itu, Kasi Pemasaran dan Pengolahan Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan Bantul Aribowo mengatakan bahwa sawah-sawah yang kekeringan karena kemarau tersebut berada di daerah dataran tinggi yang memang ketersediaan air sedikit.

Dengan demikian, kata dia, selama ini produktifitas padi di wilayah tersebut seperti Dlingo, Pajangan, Imogiri, dan sebagian kecil di wilayah Kasihan itu tidak tinggi dibanding sawah di daerah lain. Hanya rata-rata lima ton gabah panen per hektare.

"Di daerah itu memang produktifitas tidak tinggi seperti di daerah bawah, biasanya hanya berkisar lima ton per hektare, kalau lima ton dikalikan 93 hektare berarti kira-kira ada 460an ton padi yang gagal pada saat ini," katanya.

Apalagi, dia juga mengatakan, sawah yang puso karena kekeringan itu luasannya masih relatif kecil dibanding luasan tanam padi pada musim tanam periode Juni-Juli yang seluas 10.400 hektare.

"Kalau untuk tanaman lain (yang kekeringan) tidak ada, karena palawija seperti sayuran dan kedelai masih tahan. Memang sudah ada tanaman palawija, tapi tidak bermasalah, beda dengan padi yang butuh banyak air," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement