Senin 08 Jul 2019 04:59 WIB

Gay Inggris, Perang Salib, Berebut Kuasa di Maluku-Mataram

Persoalan invasi kekuasaan hingga gay itu melintasi zaman dan wilayah.

Menara London
Foto:
Pertempuran dan perjumpaan antara orang Muslim (lazim disebut Moro) dengan pasukan Eropa pada perang Salib di Spanyol.

Namun apa pun perasaan ‘asimetris’ dan aneh yang menghinggapi Fachry soal raja gay  di Inggris itu, sebenarnya tak terlalu merasa terlalu heran, apalagi takjub. Sebab, tiba-tiba perasaan saya berlebat ketika menyinggung soal kaitannya Inggris (dan juga negara Eropa) dengan perang di masa lalu. Perang Salib itu pun sebenarnya istilah dari Timur Tengah. Istilah aslinya adalah Expeditio Sacra, Jelajah Suci). Maksudnya, merupakan serangkaian 'perang agama' yang terjadi di wilayah Timur Laut Timur Tengah yang direstui Gereja Latin pada abad pertengahan.

Pertanyaan yang lain menggelitik adalah: Apakah Perang Salib (istilah ini baru mengemuka sekitar tahun 1760,red) itu tak berlanjut di Nusantara?  Sebab, ini mengingat banyak orang yang salah paham perang salib bila imbasnya tak sampai ke Indonesia. Atau hanya imbasnya sekedar di Eropa, Timur Tengah, maupun Inggris belaka.

Tak hanya itu, orang-orang di Indonesia kini seolah-olah hanya tahu bila kisah Perang Salib itu sendu dan merdu seperti lagu legenda zaman ‘jadul’ pada tahun 1980-an akhir,  yang dinyanyikan Amy Seacrh: 'Isabella'. Lagu ini, yang berkisah dengan ikon salah satu perang itu adalah putri Zaida (orang Eropa menyebut sebagai Isabella).

Kala itu Zaida merupakan putri Raja Sevilla, Al-Mu'tamid ibn Abbad. Nah setelah kerajaan itu takluk kepangkuan penguasa Kristen, dia kemudian pindah agama. 

Secara ebih detil kisahnya begini:

Saat di masa jaya, Andalusia diserang oleh Kerajaan Almoravid atau Murabithun. Zaida lari, bersembunyi dan ditampung oleh Raja Alfonso VI, sang penguasa Kerajaan Leon, Castille dan Galicia.

Untuk melindungi diri, Zaida mengubah namanya menjadi Isabella. Dan kemudian Zaida akhirnya memutuskan untuk berganti agama, hingga ia memeluk Katolik Roma, agama mayoritas di Kerajaan Leon saat itu.

Saat itu ada ketentuan penguasa baru melalui inkuisisi dari gereja dan Raja Spanyol memutuskan bahwa para penduduk non Muslim Spanyol hanya ada dua pilihan, yang tetap menjadi orang Spanyol dengan memeluk Kristen, atau tetap menganut agama Islam (Yahudi), tapi dengan syarat ke luar dari Spanyol atau bila tetap di Spanyol akan dihukum bunuh. Ini terjadi pada tahun 1492 dengan keluarnya sebuah aturan dari Raja Ferdinand: 'Dekrit Alhambra'.

Nah, dari situasi akibat kekalahan kerajaan ayahnya dalam perang salib yang ganas itu jelas menakutkan Zaida, apalagi dia seorang perempuan sekaligus anak raja Sevilla yang menjadi taklukan perang. Namun, setelah menikah, dari rahimn Puteri Zaida itulah kemudian  lahir seorang putra bernama Sancho, yang keturunannya kemudian menikahi Earl of Cambridge dari Kerajaan Inggris pada Abad ke-11.

Dan dari Zaida itulah kemudian ada penulis Maroko yang berani mengkaitkannya dengan keturunan Nabi Muhammad melalui jalur nasab Fatimah dan Husein.

 Kisah tersebut bikin heboh media massa Inggris dan Timur Tengah seperti The Daily Mail,The Daily Express. Al Ousboue, hingga surat kabar Maroko dan media massa Indonesia  memuatnya. Tapi pihak Istana Buckhingham sampai sekarang tetap bungkam.

Pihak media yang skeptis bilang ini hoaks, namun yang percaya bilang:’ Itu jembatan bagus untuk menyelesaikan segala persoalan yang kini muncul hubungan antara negara-negara barat dan timur'.

Dan kontroversi nasab Rasullulah di kerajaan Inggris ini pun sebenarnya soal lama, yakni muncul pertama kali pada tahun 1986 oleh Burke's Peerage, otoritas Inggris yang menangani silsilah keluarga Monarki Britania Raya. Dan sebenarnya pula klaim Peerage juga didukung oleh sebuah riset genealogi dari Spanyol dan penelusuran mantan mufti agung Mesir, Ali Gomaa yang membuktikan hal serupa.

Tapi kembali ke soal Zaida atau sosok Isabella, di kawasan Melayu masa kini dia memang menjadi nama melankolik seperti lagu yang dinyanyikan Amy Search itu. Ini pun sejalan dengan sikap umat Islam terhadap 'perang salib' dan Zaida (Issabela) yang sebenarnya merupakan lambang duka saat kerajaan Muslim Spanyol takluk.

Sebab, akibat perang salib  faktanya di zaman setelahnya hingga hari ini (sudah lebih dari 1000 tahun) berimbas kepada penyebaran dakwah Islam dan 'penginjilan' Kristen. Kedua agama ini di depan hari terkesan berebut umat yang sempat disebut Emha Ainun Nadjib: 'Kayak pertandingan sepakbola yang sibuk dengan 'banyak-banyakkan' membuat gol'


Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement