Sabtu 06 Jul 2019 22:25 WIB

Tambang Ombilin di Sawahlunto Bisa Pikat Turis Asing

Sawahlunto merupakan kota batu bara tertua di kawasan Asia Tenggara.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Muhammad Hafil
Jumlah pengunjung Museum Tambang Sawahlunto di Sumatra Barat melonjak hingga lima kali lipat pada libur panjang kemerdekaan.
Foto: Republika/Sapto Andiko Condro
Jumlah pengunjung Museum Tambang Sawahlunto di Sumatra Barat melonjak hingga lima kali lipat pada libur panjang kemerdekaan.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Tambang Ombilin Sawahlunto ditetapkan oleh UNESCO sebagai salah satu warisan budaya dunia pada Sabtu (6/7). Wali Kota Sawahlunto, Deri Asta berharap penetapan ini bisa meningkatkan level pariwisata di kota tersebut.

"Harapannya ini kan termasuk jadi level pariwisata kita mungkin lebih meningkat. Yang pertama dari segi promosi, yang mempromosikan ombilin ini bukan hanya Pemerintah Kota Sawahlunto, Pemerintah Provinsi Sumatra Barat, atau Pemerintah Indonesia tapi sekarang sudah dunia yang mempromosikan," kata dia.

Baca Juga

Ia juga berharap dengan ditetapkannya Tambang Ombilin Sawahlunto sebagai warisan budaya dunia, akan lebih banyak orang datang berwisata ke Sawahlunto. Tidak hanya wisatawan dalam negeri namun juga menarik wisatawan mancanegara.

Ombilin merupakan tempat pertambangan yang panjang. Mulai dari tempat pengambilan batu bara, rel kereta api dari Sawahlunto hingga Padang, kemudian juga termasuk ke pengangkutan kapal di Pelabuhan Teluk Bayur.

"Itu dirawat, tidak boleh diubah bentuknya," kata dia.

Deri mengatakan, pemerintah setempat selama ini sudah mengusahakan agar tambang batu bara tersebut menjadi warisan budaya dunia. Perjalanan hinga ke titik ini membutuhkan waktu sekitar 14 tahun.

Perjalanan Tambang Ombilin Sawahlunto untuk dapat menjadi warisan budaya dunia tidaklah mudah. Tambang Ombilin Sawahlunto sudah terdaftar dalam World Heritage UNESCO Tentative Lists pada tahun 2015 dan riwayat penominasiannya sudah dimulai sejak tahun 2014 silam. Kemudian pada tahun 2018, tema 'Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto' secara syarat administrasi sudah dinyatakan lengkap diterima pihak ICOMOS, UNESCO.

Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid mengatakan pengusulan telah melalui tahapan prakarsa, tentative list (daftar sementara), nominasi, evaluasi, dan diakhiri dengan penetapan. Pengusulan untuk kategori ini bukanlah perkara yang mudah karena diperlukan penelitian mendalam melalui pendekatan multidisiplin ilmu seperti arkeologi, antropologi, arsitektur lansekap, geografi, ilmu lingkungan, dan beberapa ilmu terkait lainnya.

Untuk itu, Hilmar menyambut gembira atas ditetapkannya Peninggalan Tambang Ombilin Sawahlunto sebagai salah satu dari warisan budaya dunia ke-5 milik Indonesia oleh UNESCO. Pengakuan UNESCO yang berarti pengakuan dunia akan meningkatkan citra bangsa Indonesia di mata internasional.

"Kita bangga warisan budaya kita ditetapkan sebagai warisan dunia. Ini berarti tugas kita untuk pelestarian warisan budaya semakin dituntut. Sekaligus, ini juga menjadi tantangan kita semua untuk menunjukkan kepada dunia tentang upaya indonesia memajukan Kebudayaan," kata Hilmar.

Menurut Hilmar, ketika sudah diakui UNESCO maka selanjutnya pelestarian warisan dunia tersebut menjadi kewajiban dari seluruh Indonesia. Sehingga secara otomatis perhatian dunia akan tertuju ke Indonesia bila diketahui terjadi masalah terhadap warisan tersebut.   

Indonesia juga wajib menjaga, melestarikan dan mewariskan secara estafet kepada generasi berikutnya. Disamping secara berkala, Indonesia harus memberikan laporan ke UNESCO mengenai kondisi keterawatan warisan-warisan tersebut.

"Semangat mengusulkan saja tidak cukup. Sebab setelah diakui sebagai warisan dunia, maka kita harus siap melestarikan, menjaga dan merawat supaya tidak terkena sanksi dari UNESCO," kata Hilmar.

Lebih lanjut Hilmar menyatakan, dengan ditetapkannya Peninggalan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto maka akan menjamin keberlanjutan upaya pelestarian warisan budaya nasional dan meningkatkan kebermanfaatan warisan perkotaan, pertambangan, dan perkeretapian Ombilin-Sawahlunto bagi warga masyarakat Sumatera Barat pada khususnya.

Kota Sawahlunto yang terletak di provinsi Sumatra Barat ini merupakan salah kota tambang batu bara tertua di kawasan Asia Tenggara. Kota Sawahlunto kini sudah berkembang menjadi kota wisata tua yang memiliki jejak sejarah yang cukup panjang karena memiliki banyak peninggalan produksi batu bara yang mulai dilakukan oleh pemerintahan Hindia-Belanda sejak akhir abad ke-19 M.

Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto atau Peninggalan Tambang Batubara Ombilin dari Sawahlunto sebagai warisan dunia UNESCO bukan hanya sebatas nilai sejarah. Dibalik itu, punya alasan yang mendasar dan nilai-nilai universal yang luar biasa. Perkembangan teknologi yang menggabungkan ilmu teknik pertambangan bangsa eropa dengan kearifan lingkungan lokal.

Hubungan industri tambang batubara, sistem perkeretaapian, dan pelabuhan berperan penting bagi pembangunan ekonomi dan sosial di Sumatera dan di dunia. Perpaduan antara pendekatan unik metode fusion dan hubungan sistemik ini bahkan diadopsi oleh tambang batu bara di Afrika Selatan pada pendudukan Belanda di sana.

Selain itu, Ombilin juga menjadi potret dinamisnya interaksi sosial dan budaya antara dunia Timur dan Barat, yang berhasil mengubah daerah tambang terpencil menjadi perkotaan dinamis dan terintegrasi, yang terdiri dari masyarakat multi-etnis dan multi-agama. Dilansir dari laman UNESCO, Sawahlunto merupakan kota tambang batubara tertua di Asia Tenggara. Kawasan itu dikelilingi sejumlah bukit, seperti Bukit Pola, Bukit Pari, dan Bukit Mato.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement