Sabtu 06 Jul 2019 20:30 WIB

Kisah Ombilin di Sawahlunto Diharap Dicontoh Daerah Lain

Sawahunto ditetapkan sebagai warisan budaya dunia.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Muhammad Hafil
Seorang pemandu menunjukkan dinding-dinding berbahan batubara asli di Lubang Mbah Suro, Kota Sawahlunto, Sumbar, Jumat (10/6). Lubang Mbah Suro merupakan lubang pertama dibuka oleh Kolonial Belanda pada tahun 1898 dengan panjang 1,5 kilometer, di lubang itu memiliki kandungan batubara paling bagus dengan kalori 7000 dibandingkan daerah lain. Kini lubang itu menjadi objek wisata andalan kota Sawahlunto.
Foto: Antara
Seorang pemandu menunjukkan dinding-dinding berbahan batubara asli di Lubang Mbah Suro, Kota Sawahlunto, Sumbar, Jumat (10/6). Lubang Mbah Suro merupakan lubang pertama dibuka oleh Kolonial Belanda pada tahun 1898 dengan panjang 1,5 kilometer, di lubang itu memiliki kandungan batubara paling bagus dengan kalori 7000 dibandingkan daerah lain. Kini lubang itu menjadi objek wisata andalan kota Sawahlunto.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian menyambut baik penetapan tambang batu bara masa kolonial Ombilin di Sawahlunto, Sumatra Barat sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO. Hetifah berharap dengan penetapan tersebut dapat menjadi edukasi bagi daerah lain dalam mengelola lokasi tambang.

"Kita ingin ini jadi pembelajaran di wilayah lain di di Indonesia dan dunia. Bagaimana mengelola lingkungan dan area tambang itu agar tidak seperti daerah yang dieksploitasi. Jadi bukan peninggalan yang positif tapi peninggalan yang negatif," kata Hetifah pada Republika.co.id, Sabtu (6/7).

Baca Juga

Ia mencontohkan di wilayah Kalimantan Timur, banyak tempat yang menjadi tambang batu bara. Namun, ia menilai pengelolaannya tidak baik sehingga tidak menarik dan justru berbahaya bagi masyarakat sekitar.

"Tambang itu mungkin banyak juga yang menjadi pelajaran bagi daerah lain misalnya daerah di Kaltim, kan banyak tambamg batu bara yang mungkin dibiarkan terbengkalai," kata dia.

Ia mengatakan, di Sawahlunto tambang batu bara zaman kolonial bisa dimanfaatkan sebagai tempat wisata bahkan menjadi warisan budaya dunia. Ia berharap, wilayah pertambangan lain bisa menirunya sehingga daerah tambang yang berpotensi menjadi kota mati bisa dikembangkan sebagai lokasi wisata dan pusat sejarah serta budaya.

Menurut dia, daerah-daerah pertambangan seharusnya bisa dikelola sebagai tempat yang berwawasan lingkungan. Sehingga, bukan hanya manfaat ekonomi yang didapat namun masyarakat juga mendapatkan manfaat dalam bentuk budaya.

"Nah efek sejarahnya itu harus jadi pembelajaran. Daerah tambang di daerah lain harus dikelola dengan cara yg berkelanjutan dan berwawasan lingkungan," kata dia lagi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement