Kamis 04 Jul 2019 20:00 WIB

BMKG: Titik Panas Terkonsentrasi di Pesisir Riau

BMKG mendeteksi tujuh titik panas sebagai indikasi awal terjadi kebakaran.

Helikopter menjatuhkan air dari udara untuk membantu proses pemadaman kebakaran hutan dan lahan (ilustrasi)
Foto: Antara/FB Anggoro
Helikopter menjatuhkan air dari udara untuk membantu proses pemadaman kebakaran hutan dan lahan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru mendeteksi tujuh titik panas sebagai indikasi awal terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Sebagian besar titik panas itu terkonsentrasi di wilayah pesisir Provinsi Riau.

"Titik panas terdeteksi di Rokan Hilir tiga titik, Indragiri Hulu dua titik serta Dumai dan Indragiri Hilir masing-masing satu titik," kata Kepala BMKG Pekanbaru, Sukisno di Pekanbaru, Kamis (4/7) sore.

Baca Juga

Ia mengatakan tujuh titik panas tersebut terpantau melalui pencitraan Satelit Terra dan Aqua, Kamis pukul 16.00 WIB. Keberadaan titik panas itu merupakan akumulasi yang terdeteksi sepanjang hari ini.

Dari tujuh titik panas, BMKG menyatakan tiga di antaranya dipastikan sebagai titik api atau indikasi kuat terjadinya kebakaran hutan dan lahan dengan tingkat akurasi kepercayaan diatas 70 persen. Ketiga titik api itu terdeteksi di wilayah Rokan Hilir, sebuah kabupaten yang berada di pesisir Riau dan berbatasan langsung dengan negeri Jiran Malaysia.

Selama beberapa tahun terakhir, Rokan Hilir menjadi salah satu wilayah yang cukup parah dikepung kebakaran lahan, selain Bengkalis dan Dumai. Bahkan, selama sepekan terakhir Satgas Karhutla Riau terus menerus menerbangkan helikopter pengebom air ke Rokan Hilir untuk mengatasi kebakaran lahan gambut yang terus meluas.

Satgas Karhutla Riau saat ini diperkuat oleh enam unit helikopter pengebom air bantuan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Keberadaan helikopter itu akan sangat membantu Satgas dalam mengatasi Karhutla, terutama yang melanda sebagian wilayah gambut pesisir Riau seperti Rokan Hilir, Bengkalis, Dumai dan Siak. BMKG menyatakan Riau memasuki puncak musim kemarau pada Juli hingga Agustus 2019 mendatang.

Sementara itu, hingga awal Juli 2019 ini, tercatat lebih dari 3.211 hektare lahan di Riau hangus terbakar. Kabupaten Bengkalis menjadi wilayah yang terluas mengalami Karhutla dengan luas mencapai 1.426.83 hektare.

Di Bengkalis, kebakaran lahan yang paling luas berada di Pulau Rupat. Berdasarkan catatan Antara, di Pulau yang berada persis di bibir Selat Malaka yang berbatasan langsung dengan negara tetangga itu mengalami kebakaran sejak awal tahun.

Kondisinya terus memburuk hingga bulan berikutnya hingga membuat Panglima TNI harus mengirimkan seribuan anggota Komando Strategis Angkatan Darat untuk membantu pemadaman. Saat ini, Pulau Rupat cenderung stabil setelah kebakaran berhasil diatasi dengan baik. Meski begitu, personel gabungan TNI, Polri, BPBD, Manggala Agni hingga masyarakat masih tetap waspada mengantisipasi munculnya titik-titik api di wilayah itu.

Selain Bengkalis, kebakaran turut melanda wilayah Rohil dengan luas kebakaran mencapai 548.25 hektare. Selanjutnya Siak 347.85 hektare, Dumai 266.75 hektare dan Meranti 232,7 hektare. Kemudian, di Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) 118.6 hektare, Pelalawan 90 hektare dan Indragiri Hulu (Inhu) 71,5 hektare.

Pemerintah Provinsi Riau telah mengaktifkan Satgas Karhutla setelah menetapkan status siaga darurat sejak 19 Februari hingga 31 Oktober 2019.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement