Senin 01 Jul 2019 12:58 WIB

Petinggi Partai Sebut Gerindra akan Tetap Jadi Oposisi

Oposisi dinilai penting untuk mewujudkan demokrasi yang sehat.

Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno bersama para partai koalisi seusai memberikan keterangan terkait putusan MK tentang perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) Pilpres 2019 di Kertanegara, Jakarta Selatan, Kamis (27/6).
Foto: Republika/Prayogi
Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno bersama para partai koalisi seusai memberikan keterangan terkait putusan MK tentang perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) Pilpres 2019 di Kertanegara, Jakarta Selatan, Kamis (27/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Dewan Penasehat DPP Partai Gerindra Muhammad Syafi'i menyebut partainya akan tetap menjadi oposisi baik di pemerintahan dan parlemen. Hal itu penting untuk mewujudkan demokrasi yang sehat.

"Harus ada yang bersikap oposisi dan Gerindra sejak awal sudah menunjukkan 'positioning' sebagai partai oposisi," katanya di kompleks parlemen di Senayan, Jakarta, Senin (1/7).

Baca Juga

Dengan begitu, kata dia, partainya akan menolak tawaran termasuk apabila ada jatah menteri. Politikus daerah pemilihan Sumatera Utara itu melanjutkan, dengan menjadi oposisi akan terwujud sistem check and balance sebagai bagian dari demokrasi yang sehat yakni ada partai pendukung dan oposisi.

Walau akan menjadi oposisi, Syafi'i melanjutkan, belum tentu partainya akan menjadi musuh bagi pemerintahan dan menolak seluruh kebijakan.

"Partai oposisi kan tidak mungkin juga, kalau ada kebijakan benar, kami tetap tidak terima saja. Oposisi yang benar itu bisa bangun check and balance, sehingga jalannya pemerintahan sesuai aturan yang ada," ucapnya.

Anggota Komisi III DPR RI itu menambahkan hingga saat ini kader Gerindra dari seluruh Indonesia belum dikumpulkan setelah ada putusan dari Mahkamah Konstitusi (MK). Meski demikian, kata dia, kader di daerah juga lebih memilih akan menjadi oposisi agar tidak akan mencederai demokrasi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement