Ahad 30 Jun 2019 16:47 WIB

Masyarakat Ikut Cari Helikopter MI-17 yang Hilang Kontak

Masyarakat Kampung Mimin ikut membantu tim darat mencari helikopter MI-17

Helikopter (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Helikopter (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SENTANI -- Masyarakat Kampung Mimin ikut membantu tim darat untuk mencari helikopter MI-17. Helikopter tersebut dikabarkan hilang kontak pada Jumat (28/6).

Dandim 1702 JayawijayaLetkol Inf Chandra Dianto ketika dikonfirmasi pada Ahad (30/6) menjelaskan cuaca saat ini cerah. Akan tetapi kabut sudah mulai menyelimuti wilayah sasaran pencarian di Distrik Oksob. "Mudah-mudahan cuaca mendukung dalam proses pencarian baik tim darat maupun tim udara," katanya.

Baca Juga

Tim darat terdiri dari SAR serta anggota TNI jumlahnya diperkirakan sekitar 60 orang dengan masyarakat. Masyarakat juga antusias untuk ikut mencari helikopter. Masyarakat dari Kampung Arutbakon dan Kampung Mimin ikut bergabung membantu pencarian helikopter MI-17.

"Pencarian dilakukan di sekitar gunung Mol dan gung Aprok. Jumlah masyarakat yang ikut bergabung dalam pencarian sekitar 25 orang," jelas Chandra.

Berdasarkan informasi dari masyarakat, perjalanan ke Gunung Mol dan Gunung Aprok memerlukan waktu sekitar delapan jam. "Pasukan kita berangkat ke dua gunung itu yakni gunung Mol dan Aprok sekitar pukul 05.00 WIT, kemudian tiba di Kampung Mimin sekitar pukul 05.30 WIT," katanya.

Ia berharap mudah-mudahan sore ini tim darat tiba di lokasi yang informasi dari masyarakat setelah melihat helikopter, beberapa saat kemudian bunyi longsoran. "Tim berencana menginap karena kita sudah bekali mereka dengan logistik, mereka akan maksimalkan untuk pencarian," katanya.

Lokasinya, kata dia, cukup dingin karena Gunung Mol dan Aprok setiap siang hari selalu diliputi kabut tebal. Di sore hari, kabut turun sampai ke tanah. "Sehingga kalau menjelang pukul 16.00 WIT hingga pukul 17.00 WIT hanya terlihat puncak gunung saja," jelasnya.

Chandra mengatakan kondisi kedua gunung tersebut bervariasi tetapi lebih banyak ditumbuhi pohon-pohon lebat dan tinggi. Menurut masyarakat, kedua gunung itu tidak bisa dijamah oleh masyarakat dan disakralkan sehingga ada pembatasan pelintasan oleh masyarakat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement