REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Wakil Bupati Sleman Sri Muslimatun menegaskan bahwa warga lanjut usia (lansia) bukan merupakan beban. Ia menganggap lansia sebagai salah satu penyangga pembangunan serta aset bagi generasi kini dan masa yang akan datang.
"Lansia kerap distigma sebagai beban negara karena dianggap sudah melewati usia produktif," kata dia dalam Halalbihalal Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) Kabupaten Sleman di Sleman, Sabtu.
Menurut dia, lansia justru merupakan penyangga pembangunan, termasuk pembangunan di daerah. Ia melihat para lansia dengan kematangan pola hidupnya dan pemikirannya merupakan penjaga nilai dan menjadi tuntutan hidup antargenerasi.
Dalam kegiatan PWRI, yang merupakan organisasi perhimpunan para pensiunan pegawai negeri sipil itu, Muslimatun juga menyampaikan bahwa di Kabupaten Sleman, usia harapan hidup saat ini mencapai 76 tahun untuk perempuan dan 74 tahun untuk laki-laki.
"Angka tersebut merupakan angka tertinggi untuk usia harapan hidup di Indonesia," kata dia.
Ia mengatakan jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas di Kabupaten Sleman tercatat 155.317 jiwa atau 14.6 persen dari keseluruhan penduduk Sleman yang mencapai 1.063.938 jiwa.
"Oleh karena itu, kesejahteraan lansia harus diperhatikan dengan serius. Performa penduduk lansia menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan pemerintah untuk menilai kesejahteraan masyarakat," kata dia.
Muslimatun mengatakan, pemerintah kabupaten terus berupaya untuk memperhatikan kesejahteraan lansia di daerah itu. Salah satu upaya Pemkab Slemanuntuk hal tersebut, yaitu wacana pembentukan Rumah Bahagia bagi lansia di Sleman.
"Rumah Bahagia ini direncanakan akan menjadi tempat para lansia melakukan berbagai kegiatan yang bersifat pemberdayaan, seperti pelatihan keterampilan serta melakukan kegiatan fisik melalui senam dan kegiatan lain untuk mengasah mental," kata dia.