Kamis 27 Jun 2019 14:43 WIB

Peminat SMK di Bekasi Menurun

Sistem zonasi membuat anak-anak lebih berminat masuk SMA.

Rep: Febriyan A/ Red: Dwi Murdaningsih
Pendaftaran PPDB online SMA.Sejumlah Calon Siswa menunggu pendafataran Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2019 tingkat SMA-SMK di SMAN 2 Bekasi, Jawa Barat, Senin (17/6).
Foto: Republika/Fakhri Hermansyah
Pendaftaran PPDB online SMA.Sejumlah Calon Siswa menunggu pendafataran Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2019 tingkat SMA-SMK di SMAN 2 Bekasi, Jawa Barat, Senin (17/6).

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- SMK Negeri 14 Kota Bekasi semakin minim peminat. Untuk Proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun 2019/2020, hanya ada 25 orang pendaftar. Padahal SMK itu menyediakan kuota sebanyak 140.

Sekolah kejuruan ini berlokasi di Jalan Pulo 1, Kelurahan Jatikarya, Kecamatan Jatisampurna, Kota Bekasi. Tepatnya di perbatasan Kota Bekasi dengan Kota Depok serta Kabupaten Bogor.

Baca Juga

Staf bidang Pendidikan SMKN 14, Anis, mengatakan, penurunan jumlah calon siswa baru cukup drastis. Pada tahun 2018, terdapat 80 orang calon siswa yang mendaftar. Anis menduga, penurunan ini dikarenakan calon siswa di Kecamatan Jatisampurna lebih banyak memilih untuk masuk SMA Negeri.

"Karena sistem zonasi SMA memungkinkan siswa yang jarak rumahnya dekat dengan sekolah diuntungkan dengan poin tambahan, mereka kemungkinan memilih mendaftar di SMA ketimbang SMK," ujar Anis di halaman depan SMKN 14, Kamis (27/6).

Seleksi PPDB SMA telah diterapkan sistem zonasi atau penentuan berdasarkan jarak domisili calon siswa dengan sekolah. Kuota sistem zonasi inipun disedikan sangat besar, yakni 90 persen untuk setiap SMA Negri.

Namun zonasi tahun ini berbeda dengan tahun 2018. Tahun ini, sistem zonasi PPDB SMA Negeri diterapkan sistem zonasi murni, yakni jarak domisili yang menjadi pertimbangan utama kelulusan. Sedangkan tahun lalu, sistemnya adalah zonasi campuran, dimana jarak domisili diakumulasikan dengan nilai ujian nasional.

Sistem inilah yang diduga Anis menjadi penyebab siswa lebih memilih mendaftar di SMA Negeri. Karena tahun ini calon siswa tidak mempetimbangakan nilai, tapi hanya jarak rumahnya dengan sekolah.

Anis menambahkan, penurunan juga diakibatkan penerapan sistem satu gelombang pendaftaran untuk SMA dan SMK. Dimana tak ada pendaftaran gelombang kedua bagi siswa yang tidak lulus pada pilihan pertama mereka.

"Kalau tahun lalu gak lulus SMA, biasnya di gelombang kedua kebanyakan memilih masuk SMK," kata Anis.

Alasan lain minimnya peminat, sambung Anis, adalah sistem yang memungkin pendaftar SMK memilih tiga sekolah sekaligus. "Kemungkinan banyak yang milih sekolah ini jadi pilihan kedua atau ketiga," ucapnya.

Penurunan jumlah siswa yang mendaftar juga terjadi di SMKN 3 Kota Bekasi. SMK yang berlokasi di Kelurahan Mustikajaya, Kecamatan Mustikajaya ini mengalami penurunan yang terbilang cukup besar dibandingkan tahun lalu.

Wakil Kepala Sekolah SMK 3, Yuni mengatakan, penurunan itu mulai tampak ketika hari pendaftaran. Pendaftar hanya ramai di hari pertama, kontras dengan tahun lalu yang ramai hingga hari ke tiga.

"Tahun kemarin ada sekitar 1.100, tapi sekarang tahun 2019 berdasarkan data terinput hanya 724 calon siswa" kata Yuni, Kamis.

Ia pun menduga sistem zonasi SMA yang menjadi penyebab penurunan ini. Karena, sambung dia, sistem zonasi SMA membuat siswa lebih berpeluang besar diterima. "Mereka mengandalkan zonasi. Memang pertimbangan utama calon siswa bukan nilai lagi, tapi zonasi atau kedekatan tempat tinggal," ucap Yuni.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement