Kamis 27 Jun 2019 12:49 WIB

Indonesia Harus Turunkan Kadar Sulfur pada Bahan Bakar Kapal

Regulasi IMO itu sudah harus dilaksanakan pada 1 Januari 2020.

Direktur PT Inco Global Nusantara, Tania Ho memberikan paparan pada seminar bertajuk 2020 Sulfur Cap Fuels and Lubricants and Biofuel and Fuel Quality ISO 8217.
Foto: Foto: Istimewa
Direktur PT Inco Global Nusantara, Tania Ho memberikan paparan pada seminar bertajuk 2020 Sulfur Cap Fuels and Lubricants and Biofuel and Fuel Quality ISO 8217.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Indonesia sudah harus siap menghadapi regulasi International Marine Organization (IMO) yang menetapkan kadar sulfur rendah pada bahan bakar kapal. Regulasi yang ditetapkan IMO tersebut sudah harus dilaksanakan pada 1 Januari 2020.

Untuk mendukung kesiapan tersebut, PT Inco Global Nusantara bersama perusahaan oli Gulf Marine dan perusahaan produksi mesin-mesin kapal dari Jepang Mitsui E&S. Inco Global Nusantara sendiri merupakan distributor tunggal di Indonesia untuk Gulf Oil Marine dan Mitsui telah menggelar seminar bertajuk 2020 Sulfur Cap Fuels and Lubricants and Biofuel and Fuel Quality ISO 8217.

"Seminar mengenai persiapan 2020 low sulfur cap ini baru pertama kali di Indonesia yang merangkul semua pihak, baik pemilik kapal, produsen oli dan mesin-mesin kapal, serta para ahli di bidang perawatan mesin kapal,” kata Direktur PT Inco Global Nusantara, Tania Ho dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Kamis (27/6).  

Dia mengatakan, perusahaan yang juga menyediakan jasa perawatan mesin serta suku cadang untuk mesin-mesin kapal dalam pertemuan tersebut mencoba untuk menjembatani berbagai persoalan yang muncul selama ini terkait penggunaan bahan bakar dan juga memberi pengetahuan kepada para pemilik kapal untuk menghadapi regulasi IMO terkait bahan bakar bersulfur rendah pada tahun 2020.

"Untuk pasar Indonesia, sebelumnya Gulf membuat oli di Singapura lalu bekerjasama dengan PT INCO Global Nusantara sebagai distributor. Saya meminta Gulf untuk bisa membuat oli di Indonesia untuk mempersingkat distribusi sehingga harganya terjangkau. Impor oli dari Singapura sangat mahal sehingga harga jual oli tidak terangkau untuk industri kapal Indonesia,” kata Tania.

Sementara Sales Director Gulf Oil Marine untuk kawasan Asia Pasifik Simon Lew mengatakan, produknya sudah masuk ke pasar Indonesia sejak tiga tahun lalu. Indonesia memiliki pasar yang potensial sehingga Gulf sejak tahun lalu mulai berani memproduksi oli di Indonesia yaitu di Cilegon Jawa Barat dan sebagai produsen oli dari Inggris sudah menguasai pasar dunia ikut mendukung para pemilik kapal di Indonesia untuk tahun 2020.

"Untuk tahun 2020, Gulf sudah mempersiapkan produk oli silinder dan piston dengan Total Base Number yang cocok untuk bahan bakar dengan kadar sulfur 0.5 persen.  Penggunaan oli yang tepat tentunya akan mencegah kerusakan pada mesin-mesin kapal," katanya.

Managing Director Mitsui Engineering and Ship Building Asia Tetsuo Sayama mengatakan, sebagai produsen mesin-mesin kapal ikut mendukung perkapalan niaga Indonesia. Perusahaan dari Jepang tersebut sudah memproduksi mesin-mesin sejak tahun 1917 dan mulai memproduksi mesin-mesin kapal sejak 1928. "Mitsui siap mendukung perubahan pada mesin-mesin perkapalan Indonesia dengan menyediakan mesin berkualitas tinggi," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement