Rabu 20 Sep 2023 18:22 WIB

Indonesia Tuan Rumah 3rd Regional Task Force on Biofouling Management

Komitment Indonesia dalam meningkatkan perlindungan lingkungan maritim. 

Pertemuan RTF on Biofouling ke-3 ini dihadiri oleh kurang lebih 70 (tujuh puluh) orang peserta yang terdiri dari perwakilan 11 (sebelas) negara yang terlibat dalam project.
Foto: dok. Republika
Pertemuan RTF on Biofouling ke-3 ini dihadiri oleh kurang lebih 70 (tujuh puluh) orang peserta yang terdiri dari perwakilan 11 (sebelas) negara yang terlibat dalam project.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA  -- Pemerintah Indonesia Cq. Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Laut menjadi tuan rumah penyelenggaraan 3rd Regional Task Force on Biofouling Management yang diselenggarakan di Sheraton Surabaya Hotel & Towers tanggal 20 - 22 September 2023.

Membacakan sambutan Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Direktur Perkapalan dan Kepelautan Dr Hartanto menyampaikan, kegiatan ini diselenggarakan sebagai bagian dari GloFouling Partnership Project yang diinisiasi oleh International Maritime Organization (IMO) bekerja sama dengan Global Environment Fund (GEF) dan United Nation Development Programme (UNDP) sebagai tindak lanjut dari Pertemuan Regional Task Force (RTF) on Biofouling ke-2 yang telah diselenggarakan di Filipina pada November 2022.

 

photo
Indonesia tuan rumah RTF 2023 di Surabaya. - (dok. Republika)

 

Hartanto mengungkapkan, Regional Task Force (RTF) atau Satuan Tugas Regional pengembangan strategi regional mengenai Pengelolaan Biofouling di Laut Asia Timur ini, telah dibentuk pada pertemuan pertama. Sedangkan pada pertemuan kedua, telah dilaksanakan peninjauan terhadap rancangan strategi regional dan membahas implementasinya. Termasuk inisiatif-inisiatif terkait pengelolaan biofouling yang sedang dilaksanakan oleh negara-negara dan juga sektor swasta. 

“Adapun pertemuan hari ini akan membahas dan menyetujui revisi strategi regional serta masukan dan wawasan mengenai rekomendasi langkah proyek selanjutnya,” kata Hartanto dalam keterangannya yang diterima Republika.co.id, Rabu (20/9/2023).

Hartanto kembali menegaskan komitmen Indonesia dalam meningkatkan perlindungan lingkungan maritim. Khususnya, dalam menangani biofouling dan spesies air invasi di Laut.

“Indonesia turut mengambil tanggung jawab sebagai satu di antara 12 negara Mitra Utama Proyek Kemitraan GloFouling. Kami sangat senang dapat terlibat dalam peluang bekerja sama dengan negara dan organisasi lain di kawasan kami untuk mengatasi masalah lingkungan laut lintas batas yang sangat penting ini. Kami juga yakin bahwa Proyek ini dapat memberikan kontribusi positif terhadap upaya perlindungan lingkungan laut global,” tegasnya.

Lebih lanjut, Hartanto juga mengundang partisipasi aktif dari semua pihak yang terlibat, tidak hanya dalam pembahasan revisi strategi regional. Namun, juga dalam penerapan langkah-langkah yang direkomendasikan untuk menciptakan lautan yang berkelanjutan dan bersih.

Hartanto juga menyampaikan terima kasih kepada IMO dan PEMSEA atas dukungan yang berkelanjutan bagi Indonesia dan negara lain yang terlibat dalam GloFouling Partnerships Project untuk menerapkan IMO Biofouling Guidelines.  

“Upaya-upaya yang telah dilakukan oleh IMO dan PEMSEA ini telah membantu berbagai negara, terutama industri maritimnya, untuk mendapatkan praktik terbaik dalam pengelolaan biofouling serta mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan pada tahun 2030,” tukasnya.

Sebagai informasi, Biofouling dan Invasive Aquatic Species sendiri telah menjadi isu penting bagi dunia kelautan di berbagai negara, tak terkecuali negara-negara di kawasan EAS (East Asia Seas) Region (Asia Timur). 

Negara-negara di EAS region termasuk Indonesia tergabung dalam GEF-UNDP-IMO GloFouling Partnerships Project. Program ini merupakan inisiatif global dengan menyatukan mitra kunci untuk menanggapi masalah lingkungan global, yaitu spesies air invasif yang diperkenalkan melalui biofouling.

Adapun Pertemuan RTF on Biofouling ke-3 ini dihadiri oleh kurang lebih 70 (tujuh puluh) orang peserta yang terdiri dari perwakilan 11 (sebelas) negara yang terlibat dalam project. Meliputi Brunei Darussalam, Kamboja, Korea Selatan, Singapura, Thailand, Timor Leste dan Vietnam. 

Selain itu, hadir pula perwakilan dari IMO, Partnerships in Environmental Management for the Seas of East Asia (PEMSEA), akademisi dari ITS Surabaya, Universitas Airlangga, Universitas Brawijaya, IPB Bogor, BP3IP, dan Poltekpel Surabaya, Asosiasi dari INSA, IPERINDO dan WIMA Indonesia, serta industry terkait seperti PT. PAL, PT. Pelindo, PT. Bluestreak, Tas Global dan Global TestNet.

Pada pertemuan ini, Indonesia akan menyampaikan update serta sejumlah presentasi mengenai strategi, rencana aksi nasional, asesmen ekonomi, serta berbagai infisiatif terkait implementasi pengelolaan biofouling di Indonesia. 

Selain itu, sebagai bagaian dari agenda pertemuan, peserta juga akan diajak untuk melakukan kunjungan lapangan ke PT.PAL dan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya guna melihat langsung penerapan praktik-praktik pengelolaan dan riset-riset yang sedang dikembangkan terkait biofouling. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement