Selasa 25 Jun 2019 15:18 WIB

BJ Habibie Ingatkan Pentingnya Merawat Demokrasi

Habibie mengatakan Pancasila dan UUD adalah aset bangsa.

Presiden ketiga RI BJ Habibie memberikan keterangan pers usai melakukan pertemuan tertutup dengan Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (24/5/2019).
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Presiden ketiga RI BJ Habibie memberikan keterangan pers usai melakukan pertemuan tertutup dengan Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (24/5/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Presiden RI ke-3 BJ Habibie mengingatkan pentingnya merawat demokrasi dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 sebagai dasarnya. Ia mengatakan Pancasila dan UUD adalah aset bangsa.

"UUD dan Pancasila adalah aset bangsa, dan kita tidak mengenal SARA, dan tidak mengenal perbedaan suku dan ras. Lalu, demokrasi pembangunan dan governansi itu harus kita perbaiki. Jadi masih banyak kita harus perbaiki dalam bidang pembangunan," katanya dalam orasi ilmiah peluncuran "The Habibie Institute for Public Policy and Governance (HIPPG)' kerja sama antara The Habibie Institute dengan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia. Acara tersebut diselenggarakan di Balai Sidang UI, Depok, Jawa Barat pada Selasa (25/6).

Baca Juga

Habibie menegaskan demokrasi berkaitan erat dengan perilaku dan Sumber Daya Manusia (SDM). Dalam prinsip demokrasi, sangatlah penting untuk memahami budaya dan masing-masing agama. Tujuannya agar demokrasi tidak salah kaprah.

"Demokrasi kaitannya dengan manusia. Kalau mau berkembang, mau tingkatkan produktivitas, maka mau tidak mau harus berperilaku sesuai dengan budayanya. Jadi, SDM itu kita harus kembangkan agar supaya perilakunya dalam budaya dan bersinergi dengan agamanya masing-masing. Itu baru menguntungkan bagi manusia. Kita harus pelihara budaya kita sesuai dengan gama masing-masing," katanya.

Selain itu, Habibie juga mengatakan pentingnya menyeimbangkan paham agama dan pendidikan. Dia pun mencontohkan seorang yang berprofesi guru namun lemah dalam hal budaya dan agama. Menurutnya, kondisi tersebut bisa membuat manusia berpikir salah.

"Ada orang pendidikan hebat, tapi pembudayaan negatif, itu bahaya itu. Tapi ada juga orang yang berpengetahuan top, budaya, pendidikan juga, kalau itu ada, baik dan bagus. Jadi itu kita lihat ada sinergi 3 elemen yaitu agama, pendidikan dan budaya," jelasnya.

Setelah menyampaikan orasi ilmiah itu, Habibie juga menyaksikan penandatanganan MoU kerja sama antara UI dengan The Habibie Institute. Setelah itu, Habibie juga menandatangani plakat tanda peluncuran HIPPG.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement