Ahad 23 Jun 2019 23:28 WIB

Pemerintah Belum Bisa Pastikan O-Bhan Busway Berfungsi

O-Bhan Busway memadukan konsep BRT dan LRT.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Indira Rezkisari
O-Bhan Busway di Adelaide Australia.
Foto: Flickr
O-Bhan Busway di Adelaide Australia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perhubungan (Kemenhub) akan mengatasi kemacetan di kota-kota besar Indonesia dengan pengadaan transportasi O-Bhan Busway. O-Bhan Busway memadukan konsep Bus Rapit Transit (BRT) dan Light Rapid Transit (LRT).

Saat ini O-Bhan Busway masih dalam kajian. Sehingga belum bisa dipastikan O-Bhan Busway akan beroperasi di Indonesia.

Baca Juga

Direktur Jenderal Perkeretapian Kemenhub, Zulfikri, mengatakan, O-Bhan Busway adalah teknologi baru yang harus dikembangkan di Indonesia. Ia ingin O-Bhan Busway ada di kota-kota besar di Indonesia, seperti Bandung, Medan, Surabaya dan Jakarta.

“Sebenarnya ide O-Bhan ini kan karena kami perlu mengembangkan angkutan massal. Mulai dari kapasitas paling rendah sampai ke MRT yang kapasitasnya besar. Tentunya konsekuensi biaya menjadi kendala utama yang harus dikembangkan. Ini merupakan hal yang baru. Tetapi negara lain sudah menginplemasikannya,” ucapnya pada wartawan di Acara Ngobrol Seru Transportasi O-Bahn, di restoran Meradelima, Jakarta Selatan, Ahad (23/6).

Zulfikri melanjutkan biaya O-Bhan Busway jauh lebih murah daripada LRT. Walaupun kapasitasnya lebih rendah daripada LRT. Tapi dibandingkan dengan busway kapasitasnya lebih tinggi dengan biaya sedikit lebih mahal daripada Busway.

O-Bhan Busway memiliki jalur tersendiri. Sehingga harus mengeluarkan biaya membangun ruas dan jalur untuk O-Bhan Busway.

“Belum ada prediksi. Kami masih mengkaji terlebih dahulu. Duduk bersama dengan Pemerintah Kota dan Provinsi. Kalau angkutan massal kami sudah punya di kota-kota besar lainnya selain Jakarta. Seperti, Palembang dengan 1,5 juta penduduk memiliki LRT. Dilihat nanti master plan kami teknologi baru ini akan dimasukkan di kota-kota mana saja,” ucapnya.

Ia mengaku belum mengetahui O-Bhan Busway ini akan disediakan di bagian kota yang sama sekali belum ada moda transportasi umum atau sudah ada moda transportasi umum. Ia menambahkan akan mengembangkan kota-kota besar yang pergerakan mobilitasnya cepat seperti Semarang dan Makassar.

Kemudian, untuk masalah jalur O-Bhan Busway akan menggunakan jalur yang sudah ada. Jalur O-Bhan Busway membutuhkan luas yang kecil tidak selebar jalan. Maka dari itu, kata dia, jalur itu tergantung lokasi kota-kota tertentu bahkan bisa dekat dengan kawasan sungai.

“Ya kan sesuai lokasi kota-kota di Indonesia. O-Bhan Busway di Adelaide, Australia Selatan itu panjangnya 12 kilometer dengan kecepatan 100 kilometer (km) per jam. Tentunya kami juga butuh referensi dari Jerman dan Australia,” ucapnya.

Sementara itu, Dirjen Perhubungan Darat Kemenhub, Budi Setiyadi, mengatakan, konsep dari Kemenhub adalah mengubah kebiasaan warga untuk menggunakan moda transportasi umum. Namun, untuk merealisasikannya O-Bahn Busway ini juga butuh regulasi.

“Dalam rangka kajian kami O-Bhan Busway ini akan diputuskan di darat apa kereta api. Nanti dijadikan penyesuaian pada aspek regulasi. Saat ini ada rencana merevisi UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement