Ahad 23 Jun 2019 06:18 WIB

Airlangga Siap Maju, Yorrys: Boleh Saja, tetapi tak Mungkin

Yorrys siap berdiri terdepan jika ada yang bercita-cita memimpin Golkar dua periode.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Ratna Puspita
Yorrys Raweyai
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Yorrys Raweyai

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politikus senior Partai Golkar Yorrys Raweyai menanggapi pernyataan ketua umum Partai Golkar Airlangga Hartarto yang secara terbuka menyatakan bahwa dirinya siap maju kembali mencalonkan diri menjadi ketua umum Partai Golkar pada musyawarah nasional (munas) Golkar tahun ini. Menurut Yorrys, itu merupakan hak Airlangga.

"Itu hak, mencoba kan boleh-boleh saja, tetapi enggak mungkin," kata Yorrys di Jakarta, Sabtu (22/6).

Baca Juga

Ia pun mengingatkan kembali bagaimana ketika itu Abu Rizal Bakrie (ARB) hendak maju kembali pada periode kedua. Namun, ARB yang ketika itu dianggap paling solid ternyata juga tidak cukup berhasil untuk kembali menguasai Golkar. 

"Dulu Abu Rizal aja paling solid, paling kuat aja, kita melawan. Ini partai kader," ujarnya.

Ia menegaskan Partai Golkar merupakan partai yang terbuka untuk seluruh kader. Yorrys juga mengaku siap berdiri paling depan jika ada yang bercita-cita memimpin Partai Golkar dua periode.

"HMI aja dua tahun, organisasi kader, masak partai kayak gini mau dikuasai," tuturnya.

Pengamat politik senior yang juga ketua Institut Peradaban Salim Said mengungkapkan sesuatu yang wajar jika wacana munas untuk mencari kepemimpinan baru di Partai Golkar kembali muncul. Salim mengungkapkan sudah menjadi tradisi bagi Partai Golkar bahwa tidak pernah ada ketua umum yang menjabat dua periode pascareformasi

"Saya katakan tradisi Golkar itu tidak ada ketua yang menduduki jabatan itu dua kali," kata Salim Said dalam sebuah diskusi yang digelar di Cikini, Jakarta, Sabtu (22/6). 

Salim menuturkan, jika dilihat dari sejarah berdirinya Partai Golkar, tujuan Partai Golkar didirikan oleh Soeharto dan beberapa tokoh lain adalah untuk menduduki kursi di DPR dan MPR untuk melegitimasi kekuasaan orde baru ketika itu. Karena itu, ia menilai, posisi ketua di Partai Golkar tidaklah penting. 

"Tradisi Golkar ketua itu nggak penting amat," ujarnya.

Berbeda dengan PDI Perjuangan, Partai Gerindra, Partai Demokrat, dan Partai Nasdem. Salim menilai beberapa partai tersebut partai yang berbeda dengan Golkar yang lahir dengan sejarah lain. 

"Kalau Golkar bertolak dari Pak Harto dan bagian dari orde baru," ucapnya.

Sebelumnya, Airlangga telah memberi sinyal bahwa dirinya siap maju kembali memimpin Partai Golkar pada periode 2019-2024. Airlangga menyebut ada pekerjaan rumah yang belum selesai. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement