REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah menginformasikan bahwa hingga hari ini, Jumat (21/6) sudah ada delapan desa di wilayah setempat yang mulai mengalami krisis air bersih.
"Berdasarkan data terbaru, sudah ada delapan desa yang mulai mengalami krisis air bersih menyusul penurunan curah hujan di wilayah Banyumas," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Banyumas, Ariono Poerwanto di Purwokerto, Jumat.
Dia menjelaskan, delapan desa tersebut adalah Desa Banjarparakan Kecamatan Rawalo, Desa Nusadadi Kecamatan Sumpiuh, Desa Karanganyar, Kecamatan Patikraja dan Desa Kediri, Kecamatan Karanglewas. Selain itu, Desa Srowot, Kecamatan Kalibagor dan Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang.
"Dan yang terbaru adalah Desa Tamansari, Kecamatan Karanglewas dan Desa Karangtalun Kidul Kecamatan Purwojati," katanya.
Dia menambahkan, pihaknya terus melakukan pemantauan terhadap lokasi-lokasi yang berpotensi mengalami kekeringan. Dia mengatakan pihaknya menyiagakan 1.000 tanki air bersih guna mengantisipasi krisis air bersih sebagai dampak musim kemarau di wilayah setempat. "Totalnya ada 1.000 tanki air bersih yang kami siagakan," katanya.
Dia menambahkan, pihaknya sudah mendistribusikan air ke delapan desa yang sudah mulai mengalami krisis air bersih. "Kami sudah mendistribusikan air bersih ke seluruh wilayah yang sudah mulai mengalami krisis," katanya.
Sementara itu, dia juga menambahkan, berdasarkan data yang dihimpun dari BPBD Banyumas diketahui pada 2018 lalu, ada sejumlah kecamatan yang mengalami kekeringan di Banyumas. Sejumlah kecamatan tersebut antara lain Sumpiuh, Banyumas, Somagede, Kalibagor, Cilongok, Purwojati, Kebasen, dan Karanglewas.