Kamis 20 Jun 2019 17:18 WIB

Kemenaker Fasilitasi Inkubasi Bisnis Talent Bagi Start-up

Kemenaker memfasilitasi mulai dari permulaan, penguatan, hingga pengembangan.

Inkubasi Bisnis Talent Cube Batc-2 di Innovation Room Kemenaker, Jakarta pada Kamis (20/6).
Foto: kemenaker
Inkubasi Bisnis Talent Cube Batc-2 di Innovation Room Kemenaker, Jakarta pada Kamis (20/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Kementerian Ketenagakerjaan memfasilitasi inkubasi bisnis kepada 15 tenant start up. Melalui program inkubasi bisnis ini, para startup akan mengikuti serangkaian program pengembangan bisnis  berbasis digital.

 

Baca Juga

“Kita dorong agar para talent start up yang mengikuti inkubasi bisnis ini dapat mengembangkan bisnis digital sehingga memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian nasional,” kata Kepala Badan Perencanaan dan Pengembangan (Barenbang) Kemnaker, Tri Retno Isnaningsih saat membuka Inkubasi Bisnis Talent Cube Batc-2 di Innovation Room Kemnaker, Jakarta pada Kamis (20/6).

 

Retno mengatakan, pengembangan inkubasi bisnis start up berbasis digital merupakan salah satu program unggulan Kemnaker dalam menghadapi industri 4.0. Dalam program inkubasi start up ini, ide-ide bisnis berbasis teknologi mulai diciptakan, serta diuji dan dipersiapkan untuk memasuki pasar.

photo
Inkubasi Bisnis Talent Cube Batc-2 di Innovation Room Kemnaker, Jakarta pada Kamis (20/6).

"Kita fasilitasi mulai dari permulaan, penguatan, hingga pengembangan," kata Retno.

 

Retno menambahkan, salah satu indikator berkembangnya bisnis para talent adalah banyaknya tenaga kerja yang terserap. "Salah satu indikator kita bisa mengembangkan bisnis adalah tenaga kerja yang bisa direkrut. Jadi tujuannya adalah menarik tenaga kerja," ujar Retno.

 

Pemerintah Indonesia, kata Retno, terus mendorong pertumbuhan wirausaha Indonesia. Karena, jumlah wirausaha di Indonesia baru mencapai 3,1 persen dari total jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 263 juta. Jumlah tersebut masih kalah jika dibandingkan Malaysia yang sudah mencapai (5 persen), Singapura (7 persen), maupun Jepang (9 persen).

 

"Saya mengajak para pelaku bisnis untuk bisa terus memanfaatkan fasilitas dan akses yang tersedia, dan tentu kami sangat senang atas saran dan masukannya mengenai apa saja yang dibutuhkan di Ruang Innovation Room ini," ujarnya.

 

Senada dengan Retno, Direktur Program Talent Indonesia, Anjani Amitya Kirana, menjelaskan, lini kerja non formal dengan digital platform semakin diminati. Indonesia pun disebutnya sangat berpotensi untuk mengembangkan sektor ini, mengingat 60 persen angkatan kerja Indonesia bekerja di sektor informal.

 

Namun, masyarakat yang bekerja di sektor informal berbasis digital platform masih terkendala akses kolaborasi dan kelayakan hidup. Mereka juga masih terkendala pada standar skill set jenis pekerjaan baru, serta sertifikasi kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan industri.

 

"Jadi kita sebenarnya punya 60 persen talent potensial yang bergerak di bisnis teknologi digital. Inilah yang ingin coba dikembangkan dalam talent hub," kata Anjani.

 

Ke depan, para peserta akan mendapat berbagai pelatihan seperti maping strategic partner, socializing and scouting, vocational training and business accelaration, sertification, dan match making.

 

"Langkah selanjutkan dalam pegembangan inkubasi bisnis ini  adalah mempertemukan start up dan industri terkait agar terus tumbuh dan berkembang. Kita harapakan terwujudnya kesempatan kerja baru dan mempercepat pengurangan pengangguran," jelas Anjani.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement