Kamis 20 Jun 2019 08:07 WIB

Awas, LGBTQ Membidik Anak!

Pesan LGBTQ pun masuk dalam film-film kartun yang ditonton anak-anak.

Ilustrasi  LGBT
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi LGBT

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Pundra Rengga Andhita, Pengajar di Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Surakarta

‘Nicole and I thought this was a great opportunity to organically introduce an LGBTQ couple in the series, and we asked Hasbro and they approved it.’’ (Michael Vogel).

Itulah pernyataan yang diungkapkan penulis dan produser, Michael Vogel menjelang beredarnya episode The Last Crusade dari film kartun My Little Pony: Friendship is Magic.

Sebuah film yang mengisahkan pertemanan enam karakter perempuan, produksi Hasbro Studios Amerika Serikat. Seperti dilansir situs daring People, episode ini memperkenalkan Aunt Holiday and Auntie Lofty sebagai pasangan lesbian yang merawat karakter Scootaloo.

Popularitas telah mendorong distribusi film ini menjadi semakin meluas di berbagai pasar internasional. Seiring perkembangan internet, My Little Pony dapat ditonton tidak hanya melalui layar televisi, tetapi juga situs daring, seperti Youtube dan lainnya.

Di Indonesia, film ini sudah mulai tayang sejak tahun 2016 melalui salah satu televisi nasional. Tampilan visual yang didominasi warna pastel berhasil melahirkan interaksi intens antara anak-anak dan tayangan ini.

Film kartun memang telah menjadi bagian panjang dari perjalanan sinematografi. Pada era modern, film kartun kerap menjadi pilihan orang tua untuk ditontonkan ke anak, baik itu batita, balita, maupun usia lanjutnya.

Tidak sedikit orang tua yang memberikan akses televisi atau gawai untuk anak guna mengakses film kartun. Niatnya mungkin baik, hendak memberikan hiburan atau sekadar pengalih perhatian bagi anaknya.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ghilzai, Alam, Ahmad, Shaukat, dan Noor (2017), ada tiga hal yang didapatkan anak-anak dengan menonton film kartun, yakni kesenangan (41 persen), tindakan (23 persen), dan belajar (17 persen).

Ya, film kartun memang tidak hanya menyajikan fungsi hiburan, tetapi juga informasi dan edukasi. Film kartun bisa menjadi salah satu medium pembelajaran sosial yang efektif bagi anak.

Namun, yang menjadi persoalan adalah muatan pesan apa yang terdapat dalam film tersebut. Ini penting karena anak merupakan plagiator yang baik.

Pesan yang disampaikan melalui film kartun bisa dengan mudah diterima oleh anak tanpa mempertimbangkan layak dan tidaknya. Semakin tinggi intensitas menonton maka semakin besar peluang mereka untuk mengingat pesan dalam film tersebut.

Nantinya, ingatan ini tidak mengendap sementara. Ingatan akan melekat seiring perkembangan usia dan menjadi acuan mereka untuk melihat kehidupan nyata seperti apa yang ada dalam film. Ini yang perlu menjadi perhatian.

Film bukan hanya menyajikan unsur sinematik melainkan juga unsur naratif yang memuat pesan tertentu. Muatan pesan sering kali terkait dengan kepentingan yang ingin disampaikan pembuatnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement