Selasa 18 Jun 2019 11:35 WIB

Dosen UMM Ambil Bagian di Riset Dunia

Di penelitian ini GREASE berusaha mengurai paradoks radikalisasi agama.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Gita Amanda
Dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Pradana Boy ZTF, menjadi  peneliti dari Indonesia yang turut serta dalam riset berkaliber  internasional.
Foto: Dok. Pribadi
Dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Pradana Boy ZTF, menjadi peneliti dari Indonesia yang turut serta dalam riset berkaliber internasional.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Pradana Boy ZTF, menjadi peneliti dari Indonesia yang turut serta dalam riset berkaliber internasional. Pradana sedang berada di Florence, Italia untuk menghadiri pertemuan penting Second Project Meeting GREASE Research Project Radicalisation, Secularism and The Governance of Religion: Bringing Together European and Asian Perspectives, 17-18 Juni 2019.

Sejumlah lembaga perguruan tinggi dan pusat studi di dunia, dengan dipimpin oleh Prof Anna Triandafylidou dari European University Institute, terlibat dalam kolaborasi riset selama tiga tahun sejak oktober 2018. “Pada bulan Desember 2018 lalu kami sudah ketemu untuk kick-off meeting atau rapat permulaan. Kami akan terus bertemu dalam konsorsium ini sampai 2021,” kata Pradana.

Baca Juga

Pradana menjelaskan, proyek riset didanai European Union’s Horizon 2020 program penelitian dan inovasi. Di penelitian ini, GREASE berusaha mengurai paradoks radikalisasi agama yang tumbuh di tengah arus sekularisasi. Proyek ini menguji klaim bahwa integrasi migran di Eropa telah gagal.

"Ini karena generasi muda kedua yang telah termarginalisasi dan teradikalisasi, dengan beberapa dari mereka yang berubah menjadi bagian dari jaringan terorisme jihad," jelas Pradana.

Menurut Pradana, saat ini Eropa tengah berjuang mengatasi masalah keragaman agama dan radikalisasi. Kondisi ini sangat berguna untuk melihat bagaimana agama lain menghadapi isu-isu ini. Dalam melakukannya, proyek GREASE berharap bisa memberikan pemikiran akademik yang inovatif pada sekularisasi dan radikalisasi.

"Dan juga memberikan pandangan untuk pemerintah dengan fokus khusus yang mencegahan radikalisasi,” terangnya melalui keterangan resmi yang diterima Republika.co.id, Selasa (18/6).

Adapun sejumlah negara yang terlibat dalam proyek riset dunia, yakni Australia (Deakin University), UK (Bristol University) dan Turki (Turkish Economic and Social Studies Foundation). Selanjutnya, Maroko (University Muhammad V), Italia (European University Institute), India (Jawaharlal Nehru University) dan Bulgaria (Center for the Study of Democracy). Lalu Jerman (SPIA Research Communications), Indonesia (UMM) serta Malaysia (SIRD Kuala Lumpur).

Pradana menyatakan, tim peneliti dunia telah melakukan pertemuan sebelumnya. Agendanya kala itu terkait presentasi progress report penelitian. Sementara pada tahap ini berupa laporan setebal 60 ribu kata dan presentasi singkat tentang profil negara.

Untuk informasi, Pradana juga tergabung ke dalam jaringan International KAICIID Fellow Network. Isu-isu sensitif lain juga tidak lepas dari perbincangan jaringan. Antara lain seperti soal konflik Palestina-Israel, atau isu tentang pembantaian ras (genocide) di Myanmar.

"Namun, karena tujuan utama adalah mencari jalan keluar dan mengampanyekan perdamaian, munculnya isu-isu sensitif itu tidak sampai mengganggu jalannya dialog,” ujar Pradana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement