REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Massa Aksi Kedaulatan Rakyat menyudahi aksi penyampaian pendapat di kawasan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat (Jakpus), Jumat (14/6). Setelah kurang dari dua jam menyampaikan orasi bergiliran, massa yang dikomandoi Ketua Umum FPI Sobri Lubis memilih membubarkan diri sekitar pukul 16:20-an WIB.
Uztas Sobri, begitu ia biasa disapa menyudahi orasi terakhir dengan mengajak doa bersama. "Setelah ini, kita pulang ke rumah masing-masing untuk menyiapkan shalat Maghrib di masjid," kata dia dari atas mobil komando massa di depan Simpang Kuda, Jakpus (14/6).
Sekitar 500-an massa peserta aksi damai, pun memilih taat. Sobri turun dari mobil komando dikawal para anggota FPI dan diikuti oleh para peserta aksi damai untuk pulang. Sekitar pukul 16:45 WIB, kawasan Merdeka Barat yang sejak sekitar pukul sebelas dikuasai peserta aksi damai, mulai kembali normal.
Ratusan anggota Kepolisian dan TNI yang mengawal dan mengamankan kawasan Merdeka Barat selama aksi damai, pun kembali ke pos utama. Sekitar pukul lima sore, Jalan Merdeka Barat, pun sudah dapat dilalui kendaraan.
Aksi Kedaulatan Rakyat di kawasan Merdeka Barat digelar massa pendukung capres-cawapres 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Aksi kelompok tersebut, lanjutan dari unjuk rasa sebelumnya yang pernah digelar di Simpang Sarinah, pada 21-22 Mei lalu.
Tetapi berbeda aksi kali ini. Pada aksi sebelumnya di depan Gedung Bawaslu, massa Kedaulatan Rakyat turun ke jalan sebagai bentuk protes damai atas hasil Pilpres 2019. Kelompok tersebut kecewa setelah KPU menyatakan Prabowo-Sandiaga kalah dari pasangan pejawat Joko Widodo (Jokowi)-Maruf Amin dengan selisih 45 berbanding 55 persen dalam Pilpres 2019.
Kekalahan tersebut membuat paslon 02 mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK). Proses persidangan atas gugatan tersebut dimulai pada Jumat (14/6). Karena itu, massa Kedaulatan Rakyat, pun kembali turun ke jalan. Kali ini dengan menjadikan Gedung MK yang berada di Jalan Merdeka Barat, sebagai 'sasaran' unjuk rasa.
Namun dalam aksi dan unjuk rasa di Merdeka Barat kali ini, massa Aksi Kedaulatan Rakyat tak semasif saat aksi-aksi sebelumnya. Saat aksi di Simpang Sarinah, ribuan massa berkumpul. Kali ini, tampak tak sampai sekitar 500-an orang yang terdiri dari beberapa organisasi masyarakat.
Selain FPI, sejumlah kelompok para pendukung Prabowo-Sandiaga masih ada yang ikut. Kebanyakan masih didominasi para ibu-ibu dan perempuan. Jika pada Aksi Kedaulatan Rakyat di Simpang Sarinah menghadirkan sejumlah tokoh dan politikus oposisi pemerintah di mobil komando.
Kali ini, tak tampak ada tokoh, maupun politikus oposan. Selain Sobri, hanya ada tokoh kharismatik yang juga mantan Dewan Penasehat KPK Abdullah Hehamahua yang ikut bergabung dengan massa Kedaulatan Rakyat. Ia mengatakan, kehadiran massa ke Merdeka Barat, bukan lagi soal Prabowo-Sandiaga ataupun Jokowi-Maruf.
Melainkan kata dia, demi memastikan proses persidangan di MK berjalan objektif dan independen. "Kami datang ke sini bukan untuk mendukung 01 atau 02. Tetapi untuk mengawal MK sebagai pengadilan yang profesional. Kita sama-sama berharap agar MK memutuskan dengan fakta-fakta demi keadilan, dan demi kedaulatan NKRI," ujar dia.
Abdullah, menyambangi Merdeka Barat sejak pagi. Ia membawa serta puluhan akademisi yang mengatasnamakan alumni Universitas Indonesia (UI). Namun sayang, meski sejak pagi berada di Merdeka Barat, para alumni UI, tak dapat menyampaikan orasi di depan Gedung MK.
Massa Aksi Kedaulatan Rakyat, pun tak dapat menyampaikan aksi damainya di depan Gedung MK. Sebab kepolisian, menutup akses ke gedung tersebut dengan blokade beton, dan kawat berduri di depan kantor Kementerian Pertahanan (Kemenhan).
Aksi damai turun ke jalan massa di kawasan Merdeka Barat, akan kembali menggelar unjuk rasa serupa pada pekan depan. Yaitu, saat MK kembali menggelar sidang kedua pada Senin (17/6) mendatang.