Rabu 12 Jun 2019 16:38 WIB

Pemkab Semarang Antisipasi Bencana Kekeringan

Pemkab Semarang menyiapkan solusi jangka pendek dan panjang antisipasi kekeringan.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Nur Aini
Ilustrasi kekeringan.
Foto: ANTARA FOTO/Abriawan Abhe
Ilustrasi kekeringan.

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Semarang terus mengupayakan solusi jangka pendek mapun jangka panjang dalam rangka mengantisipasi risiko bencana kekeringan, di wilayah rentan terdampak, seperti Kecamatan Bancak, Bringin dan Kecamatan Susukan.

Solusi jangka pendek, Pemkab Semarang melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Semarang menyiapkan bantuan air bersih dan mengedukasi warga mengenai cara- cara memanen air hujan. Sedangkan jangka panjangnya, BPBD Kabupaten Semarang bersama- sama dengan relawan serta komunitas peduli lingkungan melaksanakan program reboisasi serta perbaikan kualitas lingkungan sekitar sumber mata air.

Baca Juga

“Karena salah satu permasalahan yang dihadapi warga di wilayah, seperti Kecamatan Bancak, memang minim sumber mata air karena kian berkurangnya tanaman yang mampu mengikat air saat musim hujan,” kata Kepala BPBD Kabupaten Semarang, Heru Subroto, di Ungaran, Rabu (12/6).

Secara rinci, Heru menjelaskan, guna mengantisipasi bencana kekeringan akibat dampak musim kemarau tahun ini, BPBD Kabupaten Semarang menyiapkan bantuan air bersih hingga lebih dari 1,5 juta liter atau 307 tangki berkapasitas 5 ribu liter.

“Kita sudah siapkan bantuan air bersih, silakan jika ada warga yang sudah terdampak kekeringan untuk lapor BPBD Kabupaten Semarang, melalui desa/ kelurahan masing- masing guna mengakses bantuan air bersih ini,” ujarnya.

Sedangkan untuk edukasi kepada warga mengenai cara- cara memanen air hujan masih terus berjalan dan BPBD Kabupaten Semarang juga terus mengoordinasikan dengan dinas maupun instansi terkait.

Karena memanen air hujan juga butuh infrastruktur berupa tandon-tandon penampungan serta water treatment untuk penjernihan air hujan yang sudah dipanen. Oleh karen itu, BPBD juga mendorong berbagai pihak ketiga (khususnya swasta) untuk ikut mendukung melalui program- program kepedulian lingkungan dan kemasyarakatan, seperti CSR atau bantuan infrastruktur pendukung kesejahteraan warga. Hal itu terutama di wilayah kecamatan bancak dan Kecamatan Suruh, mengingat pengalaman musim kemarau tahun- tahun sebelumnya kedua wilayah ini merupakan wilayah yang rentan terdampak bencana kekeringan kendati belum puncak musim kemarau.

Berdasarkan data yang dihimpun BPBD Kabupaten Semarang, potensi kerawanan bencana kekeringan di wilayah kedua kecamatan ini merupakan yang terparah. “Potensi bencana kekeringan di dua wilayah kecamatan ini ada di 12 desa, dengan jumlah warga terdampak mencapai hamper seribu kepala keluarga (KK),” tandasnya.

Sedangkan untuk antisipasi jangka panjang, kata Heru, difokuskan untuk menghijaukan kembali kawasan tangkapan air, yang ada di sekitar sumber atau mata air yang jamak dimanfaatkan warga.

Berdasarkan kajian yang dilaksanakan oleh badan Lingkungan Hidup (BLH) dan BPBD Kabupaten Semarang, salah satu hambatan untuk mengatasi kerawanan bencana kekeringan adalah berkurangnya tanaman atau vegetasi.

Sehingga pada saat musim penghujan, kawasan yang seharusnya menjadi tangkapan air justru kehilangan fungsinya. Sampai saat ini, penanaman di sekitar kawasan sumber air sudah dilaksanakan di beberapa titik.

Di Kabupaten Semarang, bencana kekeringan rentan terjadi di 33 desa yang tersebar di 14 kecamatan. “Jumlah jiwa yang rentan terdampak bencana kekeringan di daerah ini mencapai 105 jiwa atau 26.250 KK,” ungkap Sudaryanto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement