REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) Chapter Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Ernanda Agung Dewobroto mengatakan tingginya harga tiket pesawat berdampak langsung pada sektor pariwisata di NTB. Ernanda menyampaikan, perjuangan pemulihan sektor pariwisata NTB harus menghadapi tantangan baru berupa tingginya harga tiket pesawat.
"Ini masih terkait tiket pesawat itu sangat berpengaruh sekali, karena dengan tiket pesawat mahal orang jadi malas," ujar Ernanda kepada Republika.co.id di Mataram, NTB, Senin (10/6).
Ernanda mengatakan, pangsa pasar wisatawan nusantara (wisnus) di NTB berasal dari Pulau Jawa. Dengan kenaikan harga tiket pesawat, kata Ernanda, masyarakat di Pulau Jawa lebih memilih berwisata di Pulau Jawa.
"Orang-orang (di Pulau Jawa) pariwisata hanya di sekitar Pulau Jawa, di sana bagus okupansi, tapi (hotel) yang luar Jawa habis. Orang-orang sekarang lebih suka gunakan jalan darat daripada pesawat apalagi fasilitas bagus karena ada tol," kata Ernanda.
Ernanda yang juga menjabat sebagai Ketua Asosiasi Hotel Mataram (AHM) dan General Manager (GM) Hotel Golden Palace di Kota Mataram, menyampaikan tingkat okupansi kamar hotel di Mataram pada periode bulan suci Ramadhan dan liburan Lebaran, Mei hingga awal Juni, berada di bawah 30 persen.
"Kalau dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang sekira 60 persen, tentu menurun," ucap Ernanda.
Ernanda mengatakan penurunan okupansi tak bisa dilepaskan dari bencana gempa yang melanda NTB pada akhir Juli hingga Agustus 2018. Meski demikian, kata Ernanda, gairah sektor pariwisata di Mataram sudah mulai menunjukan tren positif sejak awal tahun.
Para pelaku usaha hotel di Mataram sudah melakukan beragam cara, mulai dari promosi, diskon harga kamar, hingga menyediakan paket menarik.
"Kemarin yang menginap di hotel didominasi masyarakat yang memanfaatkan libur lebaran, untuk MICE yang menjadi andalan kita memang belum," kata Ernanda menambahkan.