Rabu 05 Jun 2019 04:00 WIB

Memulai Menjaga Kebersihan di Hari yang Suci

Budaya menjaga kebersihan masih belum kuat di masyarakat kita.

Ratna Puspita
Foto: dok. Republika
Ratna Puspita

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Ratna Puspita*

“Buanglah sampah pada tempatnya”

“Kebersihan sebagian daripada iman”

Pernyataan-pernyataan tersebut yang terhias di sekolah-sekolah sayangnya hanya jadi jargon. Hingga saat ini, kita masih harus terus diingatkan untuk menjaga kebersihan dan membuang sampah pada tempatnya. Tidak perlu dimungkiri bahwa sampah masih menjadi persoalan bangsa ini, yang ketika libur Lebaran berarti beban mengelola sampah bertambah.

Beban pengelolaan sampah ini mulai dari rute yang dillalui oleh pemudik, daerah tujuan pemudik, hingga tempat wisata yang bakal didatangi oleh pemudik. Setidaknya, pengelola tempat istirahat atau rest area dan kepala daerah harus mengingatkan pemudik untuk “BUANGLAH SAMPAH PADA TEMPATNYA”.

Pada arus mudik, misalnya, GM Operasional Tempat Istirahat KM 429 Jalan Tol Semarang-Bawen Telly Fandha harus mengeluarkan imbauah agar pemudik ikut berperan aktif menjaga kebersihan di tempat istirahat. Caranya mudah sebenarnya, yakni dengan tidak membuang sampah secara sembarangan.

Selaku pengelola, tempat sampah berkapasitas 90 liter di 40 titik dan kantong plastik berkapasitas 120 liter sebenarnya sudah tersedia di tempat istirahat atau rest area tersebut. Tidak hanya itu, kantong plastik sampah telah diletakan di setiap pohon dan tiang-tiang lampu.

Akan tetapi, budaya mendahulukan urusan perut melupakan urusan sampah terlalu mengakar di masyarakat Indonesia. Alhasil, banyak pemudik yang membuang sampah sembarangan, bahkan hingga ke pinggir jalan tol.

Sampah-sampah berserakan di tempat istirahat pemudik akan berlanjut pada sampah-sampah kertas koran akan menjadi permasalahan di tempat-tempat shalat Idulfitri pada Rabu (5/6) pagi. Jumlah sampah akan menggunung di tempat-tempat yang menjadi daerah tujuan pemudik.

Tidak mengherankan kalau pemerintah daerah akan menyiagakan petugasnya selama Lebaran untuk memastikan jalan-jalan atau tempat wisata berubah menjadi tempat kumuh yang penuh dengan sampah. Contohnya, Pemerintah Kota Depok menyediakan 50 armada truk sampah dan 200 petugas kebersihan atau pesapon untuk mengatasi jumlah sampah yang selalu meningkat selama Lebaran.

Berbeda dengan Pemerintah Kota Samarinda yang meliburkan petugas kebersihan agar memiliki kesempatan bersilaturahim dengan keluarga dan kerabatnya. Untuk itu, Pemkot Samarinda mengingatkan masyarakat untuk menyimpan terlebih dahulu sampahnya hingga petugas kebersihan kembali bekerja.

Sementara Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengeluarkan imbauan agar masyarakat, khususnya pemudik, menjaga kebersihan. “Saya titip pesan, jangan buang sampah sembarangan, kalau tidak menemukan tempat sampah ya bawa dulu sampahnya atau ditaruh di mobil agar suasana bersih," ujarnya.

Imbauan-imbauan seperti ini seharusnya tidak perlu kalau saja kita tidak menganggap remeh sampah. Betul memang ada petugas yang akan membersihkan sampah-sampah tersebut.

Namun, daya petugas sangat terbatas. Ada banyak sampah yang tidak bisa tertangani oleh petugas. Sampah-sampah yang tidak tertangani oleh petugas tersebut akan mengalir sampai jauh ke laut dan mencemari laut.

Apalagi, sampah-sampah tersebut merupakan hasil sisa dari apa yang kita makan. Karena itu, luangkan beberapa menit waktu Anda untuk membuang sampah pada tempatnya. Hari yang fitrah, suci, dan bersih, sebaiknya dimulai dengan mengubah perilaku menjadi cinta kebersihan.

*) Penulis adalah Redaktur Republika.co.id

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement