REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi mengatakan Nahdlatul Ulama menjadi penentu kemenangan pasangan calon presiden 01.Terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
“Suka tidak suka, itulah yang terjadi. Bahwa NU menjadi penentu kemenangan pasangan calon presiden 01," kata Burhan dalam acara bincang santai jelang berbuka dengan tema 'Populisme Agama dalam Demokrasi Elektoral 2019', Rabu, (29/5).
Data exit poll yang diakukan Indikator Politik Indonesia menunjukkan, 56 persen warga NU mengaku memilih Jokowi. Angka tersebut naik 12 persen dibanding Pilpres 2014 dimana warga NU yang memilih Jokowi hanya 44 persen. Soliditas NU dalam memilih Jokowi, menurut Burhan, tak lepas dari sosok KH Makruf Amin yang mewakili Jokowi.
Menguatnya dukungan NU kepada pasangan 01, menutut Burhan tidak lepas dari pengaruh isu populisme agama. Kedua kubu kontestan sama-sama menggunakan isu populisme agama dan aliran. Ketika keduanya sama-sama menggunakan, maka ormas besar seperti NU yang jumlahnya mencapai 60 persen lebih dari penduduk muslim Indonesia, menjadi penentu kemenangan.
Dua hal lain yang juga menjadi penentu kemenagan Jokowi, lanjut Burhan, adalah pemilih Jawa serta pemilih non muslim seperti yang terjadi di Bali, NTT dan kawasan Indonesia Timur lainnya.
Kontribusi besar pemilih NU pada kemenangan Jokowi juga terlihat pada hasil survei Alvara Research Center. “Data Alvara menunjukkan, 54,3 persen warga nahdliyyin adalah pemilih Jokowi,” kata Hasanuddin Ali, CEO Alvara Research Center yang juga memaparkan hasil surveinya dalam acara tersebut.
Memang, lanjutnya, Prabowo menang besar di Pulau Sumatra. Namun kekalahan Jokowi di Sumatra, terkonversi dengan kemengan signifikan di daerah pemilih gemuk seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur. Adapun tergerusnya suara 01 di Kalimantan, terkompensasi dengan kemenangan di Bali dan Indonesia Timur.
Hasan mengatakan, menguatnya narasi populisme agama dan politik identitas menjadikan isu yang lain tidak laku. Isu terkait pemilih milenial dan ekonomi, hampir tidak terdengar. Yang muncul adalah isu agama dan aliran. Adapun menurut Burhan, politik aliran telah menjadikan 51,4 persen pemilih telah menentukan pilihannya jauh sebelum pemungutan suara, tanpa terpengaruh lainnya