Rabu 29 May 2019 01:40 WIB

Bara Hasibuan Pertanyakan Motivasi Prabowo ke MK

Bara sayangkan pernyataan ketua tim hukum Prabowo yang sebut MK, Mahkamah Kalkulator

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Hasanul Rizqa
Bara Hasibuan
Foto: Republika/Fauziah Mursid
Bara Hasibuan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum PAN Bara Hasibuan mempertanyakan motivasi pasangan calon presiden dan calon wakil presiden, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Pasalnya, penantang Jokowi-KH Ma'ruf Amin itu telah memutuskan untuk menempuh sengketa hasil Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 ke Mahkamah Konstitusi (MK).

Bara menilai, bukti yang dibawa Prabowo dan tim masih lemah. Di samping itu, lanjut dia, ada pula pernyataan Bambang Widjojanto selaku ketua tim hukum Prabowo yang patut disoroti.

Baca Juga

Menurut Bara, pernyataan Bambang yang meminta agar MK tak hanya menjadi "Mahkamah Kalkulator" cenderung politis dan bahkan patut diduga melecehkan institusi MK.

"Saya ingin mempertanyakan motivasi dari keputusan mereka untuk menbawa perkara ini ke Mahkmah Konstitusi. apa sebetulnya motivasinya, apakah memang inigin memanfaatkan apakah memang betul-betul ingin mencari keadilan?" kata Bara di Kompleks DPR RI, Jakarta, Selasa (28/5).

Melihat langkah Prabowo ke MK, Bara menuding langkah kubu Prabowo justru semakin melanjutkan kampanye delegitimasi terhadap proses pemilu. Bara juga menyebut kubu Prabowo masih berupaya mendelegitimasi pada institusi seperti KPU, Bawaslu dan MK.

"Atau ini sengaja diperpanjang hanya untuk sebagai strategi untuk melakukan negosiasi jadi kalau mmemang itu yang dilakukan itu sangat tidak bertanggung jawab," kata Bara.

Dia pun membahas petitum Prabowo - Sandi dalam permohonan ke MK yang berisi kumpulan artikel berita. Menurut Bara, bukti itu belum bisa membuktikan adanya suara yang dicuri oleh kubu Jokowi - Ma'ruf dari Prabowo-Sandi.

"Makanya saya mempertanyakan kenapa mereka memutuskan maju ke MK. Itu kan kalau tidak ada dasar hukum yang kuat akan membuat suasana makin resah," ujar dia menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement