Senin 27 May 2019 17:10 WIB

Dinas Pertanian DIY Sebut Belum Ada Sapi Positif Antraks

Dinas Pertanian DIY menyatakan belum ada sapi positif antraks di Gunung Kidul

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Kementerian Pertanian mengerahkan tim khusus untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran penyakit antraks di Sulawesi Selatan dan Gorontalo.
Foto: Dok Humas Kementan
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Kementerian Pertanian mengerahkan tim khusus untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran penyakit antraks di Sulawesi Selatan dan Gorontalo.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kepala Dinas Pertanian DIY, Sasongko menyatakan belum ada hewan yang positif terjangkit antraks di Gunungkidul. Bahkan, ia pun masih menunggu hasil uji laboratorium dari Balai Besar Veteriner Wates Yogyakarta. 

"Sampai hari ini belum ada hasilnya. Memang yang pertama diambil sampel itu kan di tanah, bukan sapinya," kata Sasongko saat dihubungi Republika, Senin (27/5).  

Ia mengatakan, pengambilan sampel baru dilakukan terhadap tanah di salah satu dusun yang ada di Kecamatan Karangmojo, Gunungkidul. Memang ditemukan adanya spora antraks terkandung di tanah tersebut. 

Namun, pengambilan terhadap sampel sapi sendiri belum dilakukan. Bahkan, belum ada sapi yang ditemukan positif antraks hingga saat ini. 

"Itu yang diuji kemarin itu bukan sapinya, tapi tanahnya yang bekas pemotongan hewan dan itu sudah ditangani dan sudah ditimbun, disemprot dengan formalin," ucapnya. 

Pihaknya pun terus berkoordinasi secara intens dengan Balai Besar Veteriner serta Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul. Dari hasil koordinasi tersebut, belum ditemukan adanya antraks yang menyerang lima sapi seperti informasi yang pernah ia terima sebelumnya. 

"Jadi tadi kami sudah konfirmasi ke Pak Bambang Wisnu (Kepala Dinas Pertanian dan Perdagangan Kabupaten Gunungkidul), apa betul lima (sapi) itu terkena antraks. enggak, jadi diambil itu baru tanah dan itu baru satu yang ada sporanya dan itu sudah desinfektan. Kemudian yang empat sudah diambil tanahnya tapi belum ada hasilnya," tuturnya. 

Terkait adanya beberapa pihak yang mengatakan positif antraks, ia pun belum bisa membenarkan hal itu. Sebab, hasil uji laboratorium masih belum keluar. 

"Hasilnya memakan waktu lama, paling tiga sampai empat minggu. Karena ini kan ambil sampel di tanahnya. ini sudah semingu sejak pengambilan sampel," kata Sasongko. 

Sebelumnya, Sekretaris Daerah (Sekda) DIY Gatot Saptadi mengatakan, beberapa hewan ternak di Kecamatan karangmojo, Gunungkidul positif antraks. Mengantisipasi adanya penyebaran virus ini, Karangmojo pun diproteksi. 

"Kita dapat informasi itu, dari sisi pengamanan ternak kita proteksi satu Kecamatan Karangmojo," kata Gatot di Jambuluwuk Malioboro Hotel beberapa waktu lalu. 

Ia menjelaskan, hewan yang sudah terkena antraks harus diisolasi. Sehingga tidak menyebar ke hewan lain, termasuk manusia. 

"Bagi (hewan ternak) yang masuk, kaluar dan yang sudah terkena penyakit (diisolasi). Yang mati ada tiga kalau tidak salah," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement