REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Lebih dari 180 dosen-dosen Universitas Gadjah Mada (UGM) menyampaikan pesan persatuan dan perdamaian. Hal itu dilakukan atas meningkatnya eskalasi kekerasan yang terjadi.
Rektor UGM, Panut Mulyono mengingatkan, pemilu telah usai dan KPU telah menetapkan pemenangnya. Tapi, disilakan bagi yang belum bisa menerima keputusan itu menempuh jalur konstitusional ke MK.
Namun, ia mengaku prihatin menyaksikan eskalasi ketegangan yang meningkat di Jakarta. Kondisi ini tidak terlepas dari ketegangan yang terjadi antar elemen masyarakat yang sudah terbangun sebelumnya.
Ia menekankan, terlalu lama bangsa ini terjebak dalam ketegangan yang tidak perlu hanya karena aspirasi dan preferensi politik berbeda. Dan, terlalu besar sumber daya yang dirucahkan akibat itu.
"Saat bersamaan, negara-negara tetangga tetap fokus membangun, jika ini terus terjadi berlarut-larut, hanya ada satu kepastian, bangsa ini akan tertinggal," kata Panut di Balairung UGM, Jumat (24/5).
Ia menegaskan, perbedaan preferensi politik hal yang alami mengingat perbedaan merupakan rahmat. Soyogyanya, tak mengubah komitmen mempertahankan dan memperkuat kesatuan dan persatuan Indonesia.
Untuk itu, mereka menyerukan kepada semua pihak, baik elite politik maupun masyarakat, kembali mengedepankan amanah proklamasi. Ia mengajak semua kembali ke nilai-nilai kejujuran dan integritas.
Panut mengajak semua meninggalkan sebutan yang kurang patut kepada pihak yang memiliki aspirasi dan preferensi politik berbeda. Serta meninggalkan penyebaran berita bohong dan saing diskredit.
"Marilah kembali kita bersatu, menjunjung persatuan dan kesatuan, dan menjunjung integritas untuk bersama-sama membangun Indonesia," ujar Panut.
Ia menambahkan, begitu banyak tantangan pembangunan yang ada di depan. Sehingga, dosen-dosen UGM menyerukan semua kembali memfokuskan diri ke upaya-upaya meningkatkan kesejahteraan bangsa.
Bagi Panut, itu bisa tercapai jika semua elemen bangsa prioritaskan keamanan, persatuan dan kesatuan bangsa di atas kepentingan pirbadi dan golongan. Termasuk, meningkatkan silaturahim bangsa.
"Membukakan pintu maaf dan kembali bersatu bahu-membahu membangun Ibu Pertiwi, semoga Allah SWT meridhoi semua usaha kita ini," kata Panut, menutup.