REPUBLIKA.CO.ID,
Oleh Rizky Suryarandika
Leo Fransiskus memang mendengar kabar terkait datangnya massa dari Pelabuhan Sunda Kelapa, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Ia tahu massa tersebut dikabarkan datang untuk aksi unjuk rasa terkait pengumuman hasil Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 yang dirilis pihak kepolisian. Namun, ia tidak mendapati aktivitas mencurigakan seperti yang diberitakan.
Kalau ada kapal bawa orang, apalagi jumlah banyak, pasti orang sini (pelabuhan) tahu. Orang di sini sudah saling kenal juga biasanya, ujar Leo yang merupakan anak buah kapal (ABK) Kapal Intan Amelia saat ditemui Republika di Pelabuhan Sunda Kelapa, Kamis (23/5).
Leo yang sudah puluhan tahun bekerja di Pelabuhan Sunda Kelapa mengaku, orang-orang di pelabuhan sudah saling kenal. Apabila ada hal yang janggal, pasti menjadi pembicaraan.
Leo mengaku, selama aktivitas bongkar muat yang dilakukan di pelabuhan sampai saat ini tidak ditemui aktivitas mencurigakan seperti yang diberitakan. Menurut dia, bila terdapat banyak rombongan massa yang tiba di pelabuhan, tentu akan mencuri perhatian. Pasalnya, hampir semua kapal di pelabuhan hanya mengirim dan menerima barang, bukan manusia.
Hal senada juga diungkapkan Udin, salah satu pekerja yang biasa menyewakan perahu di Pelabuhan Sunda Kelapa. Udin mengaku tidak pernah mengetahui rombongan massa yang tiba di Pelabuhan Sunda Kelapa. Menurut Udin, bila rombongan massa tersebut memang benar ada, seharusnya mereka menyewa kapal miliknya untuk melanjutkan perjalanan.
"Aneh saja sih. Kalau ada rombongan massa begitu kan biasanya tidak sedikit, ya pasti ketahuan dong, tidak lolos dari pengawasan," ujar Udin, ditemui pada waktu yang sama. Udin juga mengungkapkan, apabila rombongan massa tersebut tetap nekat bersandar di Pelabuhan Sunda Kelapa, pasti ketahuan pihak keamanan.
Dari penuturan Udin, pengamanan di Pelabuhan Sunda Kelapa terbilang cukup ketat. Setiap kapal yang tiba tentu terdata agar tak dianggap bodong. Bila kapal tidak terdata sudah pasti akan dicurigai pengelola pelabuhan.
Pernyataan serupa juga dilontarkan Humas Pelindo II Cabang Pelabuhan Sunda Kelapa, Fitri Antoro. Pihaknya mengaku baru mendengar kabar datangnya sekelompok massa ke Jakarta melalui pintu pelabuhan. Menurut Fitri, setiap kapal yang bersandar pasti terdata, termasuk dengan muatan yang dibawa.
Fitri menyebutkan, sekitar 70 kapal bersandar di Pelabuhan Sunda Kelapa hampir setiap hari. "Kami di sini pastinya mendata semua kapal yang datang dan pergi, termasuk jenis muatannya, sulit kemungkinannya membawa rombongan massa, apalagi untuk membuat rusuhya," ujar Fitri, Kamis.
Saat ini, hanya kapal milik PT Pelni yang berfungsi mengangkut penumpang rute ke Kepulauan Seribu dan kembali ke Jakarta. Pihak Pelindo II meyakini kapal penumpang tidak didomplengi mengangkut massa pengunjuk rasa. "Kan ada pengamanan ya. Polisi pasti tahu dan sudah memetakan andai massa itu benar datang lewat sini, kalau benar ada ya bisa dicegah," kata Fitri.
Aksi 22 Mei. Sejumlah massa membakar ban di tengah jalan Kemanggisan Utama, Slipi Jaya, Jakarta, Kamis (23/5).
Sebelumnya, pihak kepolisian menetapkan 257 orang sebagai tersangka atas kerusuhan yang terjadi di tiga wilayah, yakni kantor Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) serta asrama polisi yang terletak di Petamburan dan Gambir. Dalam keterangannya, polisi menyatakan, massa tersebut datang dari Jawa Barat (Jabar) melalui Sunda Kelapa.
Namun, ketika Republika mendatangi polsek di kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa, pihak kepolisian enggan memberikan keterangan terkait kedatangan massa pengunjuk rasa tersebut. Para petugas berdalih agar pencarian informasi ditanyakan di tingkat Polda Metro Jaya. (ed:nora azizah)