REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polri memastikan, wanita bercadar dan berpakaian serba hitam yang menarik perhatian saat rusuh aksi pada Rabu (22/5) malam bukanlah teroris pengebom (bomber). Wanita tersebut bahkan disebut mengalami gangguan kejiwaan.
"Ada wanita bercadar, fixed bukan bomber tidak terafiliasi kepada siapa pun bahkan diduga agak stres," kata Kepala Divisi Humas Polri, Inspektur Jenderal Polisi Mohammad Iqbal di Kemenko Polhukam, Jakarta, Kamis (23/5).
Iqbal menjelaskan, dalam foto yang beredar, tampak benda seperti kabel dan bom pipa. Namun, kata Iqbal, benda itu bukanlah kabel dan bom pipa.
"Itu ternyata selongsongnya gas air mata yang nyangkut di situ kebetulan ditembakkan," ujar jenderal bintang dua itu.
Saat terjadi konflik, Satuan antihuru-hara terpaksa melepaskan tembakan gas air mata ke arah seorang perempuan dengan penutup wajah. Aksi tersebut terjadi sekitar pukul 22:51 WIB saat satuan Brimob berhasil mendesak mundur massa aksi 22 Mei di simpang Sarinah, Rabu malam (22/5).
Seorang perempuan bercadar dengan ransel hitam tiba-tiba muncul dari arah utara menuju Gedung Bawaslu. Ia sempat mendekati barikade petugas yang saat itu sedang mempertahankan areal Simpang Thamrin dari serangan mercon dan batu massa aksi dari arah timur Jalan Wahid Hashim.
Merasa curiga dengan aksi perempuan tersebut, komando petugas huru-hara dari pengeras suara meminta perempuan bercadar itu mundur, menunduk, dan meletakan tas ranselnya. Tetapi, permintaan itu tak dipenuhi.
Komando petugas huru-hara bahkan sempat mengancam akan menembak dalam hitungan ketiga. Tetapi ancaman itu diralat dan meminta perempuan tersebut mundur dan tunduk.
"Kalau tidak, pakai gas air mata," kata petugas dari pengeras suara.
Akhirnya petugas menembakkan gas air mata ke arah perempuan tersebut. Petugas di mobil komando memerintahkan semua orang di lokasi menjauh karena ia diduga membawa benda yang tersusun dari kabel-kabel.
Setelah ditembaki peluru gas air mata, wanita tersebut kemudian berjalan menuju ke arah depan gedung Bank Mandiri. Duduk di pinggir jalan di depan Gedung Bank Mandiri, wanita tersebut kemudian melepaskan tas hitamnya.
Meski diminta untuk menjauhkan tas tersebut, wanita itu tetap bergeming. Namun akhirnya, seorang aparat dapat menjauhkan tas itu dari sisinya, dengan melempar ke tengah jalan. Setelah dibuka, tas tersebut berisi sebuah charger, botol minum dan dua botol kecil, satu buku dan KTP. Wanita itu, terus meminta kembali tas berwarna hitam itu sambil duduk.