Kamis 23 May 2019 17:11 WIB

Polri: Aksi Massa Damai 22 Mei Dinodai Para Perusuh

Muncul provokator di antara massa yang membuat kerusuhan.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Andri Saubani
Kadiv Humas Polri Irjen Pol Mohammad Iqbal memberikan keterangan pers terkait aksi demonstrasi 22 Mei di Kemenko Polhukam, Jakarta, Kamis (23/5/2019).
Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
Kadiv Humas Polri Irjen Pol Mohammad Iqbal memberikan keterangan pers terkait aksi demonstrasi 22 Mei di Kemenko Polhukam, Jakarta, Kamis (23/5/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polri melakukan analisis pascarusuh aksi massa yang memprotes hasil Pemilu 2019. Dari analisis Polri, massa yang berlangsung damai sejak pagi hingga sore, kemudian muncul provokator di antara massa yang membuat kerusuhan.

Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Polisi Mohammad Iqbal menjelaskan, Polri membagi massa menjadi dua segmen. Pada 21 Mei 2019, massa aksi melakukan protes secara damai dan kooperatif. Bahkan, massa aksi berbuka dan salat bersama aparat.

Baca Juga

"Personel pengamanan TNI-Polri tanpa sekat, buka bersama, shalat magrib, ini menyejukkan," kata Iqbal di Kementrian Koordinator Politik Hukum dan HAM, Jakarta, Kamis (23/5).

Pada Selasa (21/5) pukul 21.00 polisi mengimbau baik-baik agar massa kembali, dan massa pun kembali dengan tertib. Pukul 21.30 tiba-tiba muncul gelombang massa rusuh yang tanpa pemberitahuan langsung melakukan tindakan provokatif.

Kerusuhan pun berlangsung hingga Rabu (22/5) pagi, di Sabang, Tanah Abang, dan pembakaran asrama polisi di Petamburan. Paginya, kerusuhan terjadi sampai ke Cideng, Jatibaru.

"Namun alhamdulillah walaupun banyak dari kedua belah pihak jatuh korban, bisa kita kendalikan menjelang matahari terbit," kata Iqbal.

Pada Rabu (22/5), massa unjuk rasa damai yang diperkirakan polisi berjumlah sekitar enam ribu massa menyampaikan aksi dengan damai di depan Bawaslu dengan tertib. Beberapa tokoh juga terlihat dan juga menyampaikan dengan baik sesuai aspirasi mereka, misalnya Fadli Zon dan Amien Rais.

Tepat pukul 18.00 massa meminta kelonggaran untuk buka bersama dan shalat magrib. Polri pun mengizinkan dan shalat berjamaah dengan petugas TNI dan Polri dan semua massa yang ada di depan Bawaslu. Usai shalat berjamaah, massa pun membubarkan diri dan bersalam-salaman dengan polisi.

"Tapi tiba-tiba dari massa tersebut, dari kelompok besar massa itu ada 300-an massa yang kita kategorikan selaku massa perusuh yang tiba-tiba melempar molotov, batu, dan ada seperti petasan roket dan memang sudah dipersiapkan sama mereka," kata Iqbal.

Berdasarkan pantauan Republika di lokasi, memang di antara massa yang tengah membubarkan diri, tiba tiba sebuah molotov terlantar. Koordinator massa pun sampai kewalahan mengimbau massa agar tenang dan membubarkan diri dengan tenang.

"Bahkan petugas kami belum mempersiapkan dengan alat-alat dalmasnya. Oleh karena itu banyak petugas, hampir sembilan orang terluka akibat perusuh tersebut," ujar Iqbal.

Saat rusuh dihalau, bukan malah mereda, tapi massa semakin brutal. Polisi pun membuat barikade untuk mendesak massa perusuh ke Jalan Wahid Hasyim.

"Massa damai ketika ada kerusuhan tersebut yang dilakukan tiba-tiba, semua berlari dan membubarkan diri. Tapi 300 ini terus menyerang secara membabi buta dan brutal bahkan tidak sedikit fasilitas umum yang rusak," kata Iqbal.

Dari kejadian itu, Polri menyatakan indikasi adanya dua segmen, yakni massa spontan unjuk rasa damai dan massa yang dengan sengaja membuat rusuh. "Ini yang sedang kita dalami, siapa berada di balik massa perusuh tersebut," ujar dia.

Sementara, massa perusuh yang beraksi sejak Rabu (22/5) siang di Slipi juga melakukan pengerusakan dan pembakaran terhadap beberapa kendaraan dinas Polri. Bus Brimob satu dibakar dan dua bus dirusak.

"Akhirnya polisi menangkap 185 orang tadi malam, bervariasi TKP yaitu sekitar Bawaslu, Patung Kuda, Sarinah, Menteng, Gambir, Slipi, Petamburan," kata Iqbal. Tepat pukul 01.25, Polri mengklaim berhasil mengendalikan situasi, meski masih ada beberapa gelintir massa tanpa melakukan aksi. 

Sebelumnya, Polda Metro juga menangkap 257 massa perusuh. "Massa ini diduga dimobilisasi dan di-setting by design, saat ini sedang kita dalami. Kita punya strategi untuk itu dan Polri sangat profesional untuk mengungkap siapa yang sebetulnya menggerakkan," kata Iqbal menegaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement