REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI), KH Said Aqil Siroj, mengaku heran ada yang menganggap hari pengumuman hasil Pilpres 2019 pada 22 Mei ini sebagai perang Badar. Tanggal 22 Mei 2019 bertepatan dengan 17 Ramadhan yang di dalamnya terdapat peristiwa bersejarah umat Islam: perang Badar.
''Kan itu (perang Badar) dengan orang kafir. Nah, ini dengan orang kafir apa? (Berarti) artinya bukan soal 01 atau 02, lebih dari itu malah. Saya juga heran (Pilpres) ini dianggap perang Badar. Bukan. Ini sesama satu bangsa, bahkan sesama umat Islam, mana perang Badar,'' kata dia di kantor LPOI, Jakarta Pusat, Senin (20/5).
Said menegaskan, perang Badar itu antara umat Muslim dan kafir. Konteks yang terjadi sekarang di Indonesia berbeda, yakni agenda demokrasi lima tahunan sesama satu bangsa dan sesama manusia. Pemilu, lanjutnya, bukanlah perang agama.
''Pilpres kok malah jadi agama, gimana sih. Ini hanya sistem demokrasi yang harus kita jalankan dalam rangka memilih presiden, wakil presiden, wakil rakyat, secara langsung,'' katanya. ''Bukan perang agama, hanya partai politik atau figur yang berlomba.''
Said Aqil dalam kesempatan itu juga meminta 14 ormas Islam yang tergabung dalam LPOI untuk mencegah anggotanya ikut dalam aksi people power pada 22 Mei. Ormas Islam, menurutnya, wajib memperkuat barisan umat Islam yang berakhlak sabar, berlapang dada, berbesar hati, berkepala dingin dan menerima kenyataan.
''Insya Allah saya dari NU bisa mengondisikan melalui pesantren, melalui multaqo ulama dan habaib. Di Sumatra Selatan sudah, di Nusa Tenggara Barat sudah, Kalimantan Timur sudah, Jambi sudah. Motornya ada di NU dan juga mengajak yang lain,'' ucapnya.