Ahad 19 May 2019 17:03 WIB

Jalur Sabuk Merah Hubungkan Perbatasan NTT dan Timor Leste

Saat ini, jalur Sabuk Merah Sektor Timur telah teraspal sepanjang 85 kilometer.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Dwi Murdaningsih
 Kondisi Jalur Sabuk Merah NTT, Ahad (19/5/2019).
Foto: Republika/Dwina Agustin
Kondisi Jalur Sabuk Merah NTT, Ahad (19/5/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, BELU -- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus melakukan pembangunan infrakstruktur di  Nusa Tenggata Timut (NTT). Setelah merampungkan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Terpadu Motaain di Kabupaten Belu dan PLBN Motamassin di Kabupaten Malaka, KemenPUPR membangun jalan yang langsung menghubungkan keduanya.

Melalui Direktorat Jenderal Bina Marga, jalan yang dikenal dengan Sabuk Merah ini akan menyusuri jalur perbatasan NTT dengan Timor Leste.  Jalan tersebut dibagi menjadi dua bagian, yaitu Sabuk Merah Sektor Timur di kabupaten Belu dan Sabuk Merah Sektor Barat di daerah Timor Tengah Utara.

Baca Juga

Untuk saat ini, jalur Sabuk Merah Sektor Timur telah teraspal sepanjang  85 kilometer. Sedangkan tahun 2019 akan ada penambahan mencapai 46 kilometer dengan target tahun 2020 akan membentang jalan sepanjang 179.99 kilometer.

Pejabat Pembuat Komitmen Provinsi NTT Rofinus Ngilo menjelaskan, untuk membangun 46 kilometer hingga 2019 nilai kontrak mencapai Rp 291 Miliar. Ada beberap paket yang diberikan dengan kontraktor berbeda-beda. Hanya ada satu kotraktor swasta nasional PT Nabiri Multi Konstruksi sedangkan sisanya digarap oleh kontraktor lokal, seperti Pundi Mas Bahagia.

Dari target jalur 179.99 kilometer, akan dibangun 44 jembatan. Pada 2017 baru terbangun 4 buah jembatan dan 2018 terbangun 12 jembatan. Direncanakan pada tahun ini akan dibangun 15 jembatan dengan total panjang 350 meter.

"Untuk Sabuk Merah Sektor Barat belum tertangani, merampungkan Sektor Timur lebih dahulu," ujar Rofinus, Ahad (19/5).

Rofinus menjelaskan, saat ini Sabuk Merah Sektor Barat memang masih belum tergarap.  Meski begitu,  Sabuk Merah Sektor Barat rencana akan terbentang sepanjang 130,88 km dengan 12 buah jembatan. Bina Marga saat ini memfokuskan pembangunan jalan dan fasilitasnya di bagian Sektor Timur terlebih dahulu.

photo
Kondisi Jalur Sabuk Merah NTT, Ahad (19/5/2019).

Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR Endra S. Atmawidjaja mengatakan, jalur Sabuk Merah tidak hanya berfungsi untuk menghubungkan beberapa titik keamanan sepanjang PLBN Motaain dan PLBN Motamassin saja. Namun, pembangunan di pinggir Indonesia ini pun mendukung perekonomian masyarakat sekitar.

Salah satu industri perekonomian yang bisa didorong dari sektor wisata. Sebuah sabana Fulan Fehan di Lamaknen, Belu, terlintasi Sabuk Merah sektor Timur, sehingga memudahkan wisatawan untuk berkunjung.

"Dulu kan sulit sekali, dengan jalan perbatasan bisa lebih mudah," kata Endra.

Di samping itu, di sekitar Fulan Fehan pun terdapat komoditas perkebunan pohon kayu putih, kelor, dan jamu mete. Dengan adanya jalan tersebut maka akan lebih mudah untuk masyarakat mengembangkan industri yang memanfaatkan tumbuhan yang ada.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement