REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua TKN Jokowi-Ma'ruf Amin, Johnny G Plate, memprediksi wacana people power yang dikemukakan kubu Prabowo Subianto tidak bakal berdampak signifikan. Sebab, ia menilai, masyarakat sudah dewasa dalam menyikapi dinamika politik.
Karena iu, ia pun optimistis pengumuman hasil Pilpres 2019 di kantor KPU pada 22 Mei mendatang bakal berlangsung lancar. "Masyarakat semuanya sudah tahu situasi kamtibnas dalam negeri, tahu proses pemilu. Walau usaha narasi gagalkan pemilu juga dilakukan, masyarakat cerdas mana yang betul dan tidak betul," katanya pada Republika, Ahad (19/5).
Ia mengajak masyarakat, baik pendukung Jokowi atau Prabowo, agar bersatu kembali. Menurutnya, pesta demokrasi lima tahunan sudah berjalan baik hingga patut diapresiasi.
Terlebih, ini adalah kali pertama Pileg dan Pilpres diadakan serentak di Indonesia. "Mari jemput bersama hasil pemilu serentak yang sudah sukses. Demokrasi berjalan baik tidak ada kecurangan yang terkategorikan terstruktur, sistematis dan masif (TSM)," ujarnya.
Johnny juga membantah adanya kecurangan pemilu yang bersifat terstruktur, sistematis, dan masif tahun ini. Ia merasa hal itu hanyalah klaim dari kubu yang kalah dalam Pilpres.
"TSM hanya narasi yang disampaikan ke publik tanpa data fakta yang valid. Hanya narasi saja, tapi ya itu bagian dari demokrasi," tambahnya.
Sekjen partai NasDem itu menyarankan sengketa Pilpres dilanjutkan di Mahkamah Konstitusi (MK) bila ada keberatan. Ia berharap keberatan terhadap hasil Pilpres tetap ditempuh secara hukum bukan aksi di jalan.
"Penyelesaian sengketa bila cari keadilan sudah diatur jelas, sesuai yang ditetapkan undang-undang, kalau selisih perhitungan suara ke MK dengan bukti-bukti kuat. Nanti MK yang tentukan," imbaunya.
Sebelumnya, kubu Prabowo mengancam melakukan pengerahan massa atau people power untuk menolak hasil Pilpres 2019. Kubu Prabowo mengklaim terjadi kecurangan bersifat TSM hingga hasil Pilpres tak lagi bisa diterima.
Prabowo sudah mengumumkan dirinya sebagai pemenang Pilpres sebanyak tiga kali dengan didasari perhitungan internal. Padahal bila merujuk hitung cepat KPU, Prabowo tertinggal sekitar 11 juta suara dari Jokowi.