Jumat 17 May 2019 14:12 WIB

Ramadhan Bulan Rekonsiliasi Kuatkan Ukhuwah Kebangsaan

Islam adalah agama damai yang mencintai kemanusiaan.

Ramadhan
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA -- Tepat tanggal 10 Ramadhan tahun kedelapan hijriyah, Nabi Muhammad SAW menguasai Mekkah tanpa pertumpahan darah. Peristiwa penting itu menjadi bukti bahwa Islam adalah agama damai yang mencintai kemanusiaan.

Momen rekonsiliasi yang disebut Fathul Makkah ini terjadi di bulan rahmah atau kasih sayang, yaitu Ramadhan. Karenanya, Ramadhan harus menjadi momentum bagi umat Islam, khususnya bangsa Indonesia untuk menguatkan kembali daya rekat persaudaraan sesama anak bangsa pasca-berlangsungnya Pemilu 2019 ini.

“Bangsa Indonesia punya daya rekat yang begitu kuat sejak masa lalu. Yaitu ukhuwah atau persaudaraan. Baik persaudaraan sesama umat Islam, sesama anak bangsa dan sesama umat manusia. Inilah modal agar Pemilu ini tidak menyisakan keretakan sosial yang melebar karena perbedaan pilihan politik, utamanya terkait Pilpres,” ujar Ketua Lembaga Dakwah PBNU KH. Maman Imanulhaq di Jakarta, Selasa (14/5).

Kiai Maman menambahkan Ramadhan adalah madrasah ruhani yang akan mengasah seorang yang aktif dalam semua ritual kesalehannya menjadi pribadi yang tangguh dalam menghadapi kehidupan. Mereka menjadi pejuang yang berani hidup. Berbeda dengan seorang teroris yang berani mati karena keyakinan yang salah sehingga membuat kerusakan dan kerugian yang besar kepada orang lain.

Tokoh muda NU ini menegaskan bahwa makna jihad adalah memperjuangkan nilai Islam berupa perdamaian, kesejahteraan dan keadilan sesuai tuntunan Rasulullah. Inilah dakwah yang konstruktif  tanpa paksaan dan kekerasan. Bukam dalam bentuk radikalisme, apalagi terorisme.

Mengacu pada surat Al Baqarah ayat 183 tentang kewajiban berpuasa bagi orang-orang yang beriman, Kiai Maman mengingatkan pentingnya memperkuat nilai keimanan.

“Ramadhan itu ajakan keimanan. Kekuatan iman akan  melahirkan sosok atau pribadi yang amanah dan tidak khianat, termasuk tidak khianat pada komitmen kebangsaan dan kemanusiaan. Orang yang beriman akan selalu berjuang menciptakan rasa aman, tentram pada lingkungan dan pada diri sendiri. Mustahil bagi seorang muslim yang beriman akan berbuat kekerasan, radikalisme, intimidasi, apalagi melakukan aksi terorisme," jelas pimpinan Pondok Pesantren Al-Mizan Jatiwangi, Majalengka, Jabar ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement