Jumat 17 May 2019 09:47 WIB

Warga Bandung Kian Semangat Kelola Sampah

Bank Sampah Sembara di Bandung bahkan sudah memproduksi tas ramah lingkungan.

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Dwi Murdaningsih
engurus Bank Sampah Ujungrusi BESTARI (berkah sehat, tata, lestari) Kab. Tegal yang dibina oleh fasilitator Rumah Zakat mengajak Ikatan Pelajar Pemuda Nahdlatul Ulama (IPPNU) membuat lubang biopori dan tabung komposter.
Foto: rumah zakat
engurus Bank Sampah Ujungrusi BESTARI (berkah sehat, tata, lestari) Kab. Tegal yang dibina oleh fasilitator Rumah Zakat mengajak Ikatan Pelajar Pemuda Nahdlatul Ulama (IPPNU) membuat lubang biopori dan tabung komposter.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemerintah Kota Bandung tengah gencar mengkampanyekan program Kurangi Pisahkan Manfaatkan (Kang Pisman). Mendukung gerakan ini, bank sampah di kewilayahan pun digerakan.

Seperti di RW 09 Kelurahan Cisaranten Kidul, Kecamatan Gedebage yang akhirnya melahirkan Bank Sampah Sembara. Bank sampah ini produktif, bahkan bisa menjual sampah anorganik hingga 200 kilogram setiap pekannya.

Baca Juga

Salah seorang pengurus Bank Sampah Sembara, Nining Herningsih menuturkan, sejak program Kang Pisman bergulir November 2018 lalu, ia bersama warga sekitar semakin gencar untuk mengampanyekan pengelolaan sampah.

“Kita mengedukasi masyarakat tentang cara mengurangi sampah, lalu soal pemisahan sampah organik dan non organic. Kita bawa tas dari sampah plastik yang dimanfaatkan,” kata Ninng saat audiensi dengan Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana, Senin (13/5).

Akhirnya pada Januari 2019, warga di RW 09 Kelurahan Cisaranten Kidul sepakat untuk membentuk bank sampah. Pergerakan Nining bersama warga lainnya pun semakin gencar. Tak hanya mengampanyekan Kang Pisman saja, tapi turut menyosialisasikan keberadaan Bank Sampah Sembara.

Nining menuturkan karakteristik sampah di wilayahnya didominasi sampah anorganik. Setiap penimbangan pada akhir pekan, Bank Sampah Sembara sudah bisa menjual 200 kilogram sampah anorganik.

“Pemilahan setiap hari, tapi penimbangan pada Sabtu. Soal uangnya seberapa itu urusan belakangan, yang penting membisakan diri dulu saja,” jelasnya.

Soal distribusi hasil pemilahan, Nining menyatakan Bank Sampah Sembara kini sudah memiliki langganan pengepul yang selalu datang setiap pekan. “Jadi tiap Sabtu penimbangan dan pengepulnya juga langsung ada di situ. Jadi tidak menyimpan di gudang. Setelah ditimbang langsung diserahkan dan diangkut pengepul,” kata dia.

Nining menuturkan Bank Sampah Sembara juga memproduksi tas belanja ramah lingkungan. Tas Bank menjual tas ke sebuah perusahaan ritel seharga Rp 20 ribu.

“Kita sudah mendapat persetujuan. Jadi tas ini kita jual di Yomart (pasar swalayan) juga. Jadi yang belanja harapannya biar tidak pakai kantong plastik,” ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement